Mohon tunggu...
yudi biantoro
yudi biantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Penyuka kata-kata, pengejar diksi bermakna...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan, Pintaku, dan Genangan

7 Desember 2018   17:07 Diperbarui: 7 Desember 2018   17:49 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan, sehabis kau hujani gereja tua itu, kau tinggalkan saja. Kau membikin genangan, membasahi jalan jalan yang tak bersalah. Lalu kau biarkan. 

Kau buat langit masih saja kelabu, yang biru tak mampu bergerak, mungkin lelah melawan. Karna seharian sudah berjuang. Tapi tetap kalah. 

Mungkin ada yang berpesan padamu. Ada yang meminta hujan turun deras agar tak terhenti. Agar aku tak bisa saling sapa. Aku benci. 

Kalo kau berkenan menerima pintanya, tak bisakah kau menerima mauku. Aku hanya ingin sebentar bersapa. Ingin sedikit meliat senyum manisnya. Jangan kau halangi dia. 

Aku tak ingin membencimu dan dia. Karna beralasan kau jadi penghalangnya. Karna kau ada untuk jadi romantisme kenangan bukan menjadi genangan yang menghitam. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun