Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mahasiswa dan Pergulatan Kemanusiaan

4 Oktober 2021   09:16 Diperbarui: 4 Oktober 2021   09:18 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jalinan kesatuan yang dipertautkan dari rangkaian kekerasan negara terhadap warganya, membentuk tali persaudaraan yang merentang luas, dan harus ada upaya serius untuk menuntaskan persoalan kejadian tersebut.

Penolakan hingga perlawanan publik dalam konteks kajian semiotika sosial menjadi petanda akan ketidakpuasan publik atas agenda yang diusung oleh mereka yang berjuluk wakil rakyat.

Disisi lain, momen peristiwa tragedi Semanggi II menyisakan pekerjaan rumah yang belum selesai bagi elemen mahasiswa. Kelompok gerakan reformasi ini, kerap timbul-tenggelam dalam aras isu sosial, politik dan ekonomi nasional.

Lecutan dari kejadian tersebut, ternyata tidak mampu untuk menjaga momentum yang lebih besar, dimana mahasiswa menjadi bagian representasi kepentingan publik. Durasi energinya terbatas.

Lapisan ilmuwan muda yang diharapkan menjadi intelektual organik, sebagaimana Gramsci menyebutnya sebagai bagian dari kesatuan yang melekat dalam kerangka kepentingan massa, berhadapan dengan pragmatisme.

Kajian Cornelis Lay, tentang Jalan Ketiga Peran Intelektual: Konferensi Kekuasaan dan Kemanusiaan, 2019, menjadi titik reposisi tentang eksistensi ilmuwan yang berdampingan dengan kekuasaan melalui negosiasi, tidak sepenuhnya terhegemoni juga tidak pula melulu oposisi.

Disadari bahwa situasi itu penuh dengan jebakan birahi kekuasaan, terlebih dibekali dengan otoritas serta kewenangan, termasuk mendapat keistimewaan atas status kehormatan sosial.

Dilema

Peran mahasiswa yang dilekatkan sebagai agen moral dan intelektual bertemu dengan persoalan dalam dirinya sendiri. Kelak di masa depan mereka pula yang menjadi lapis kekuasaan baru.

Betapa banyak para aktivis dan tokoh dari berbagai lembaga swadaya masyarakat yang berada di lingkup kekuasaan, kini justru tersandera untuk menjadi pembela dan membenarkan seluruh aksi kuasa, atau hanya terdiam.

Ditengah disrupsi digital, suara mahasiswa mewakili kelompok kritis nampak tenggelam dalam riuh banjir informasi. Kekuasaan menjadi tidak terjamah dari kritik, dibentengi para pendengung -buzzer dan influencer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun