Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inspirasi dari Paralimpiade

1 September 2021   20:40 Diperbarui: 1 September 2021   20:49 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengagumkan! Ni Nengah Widiasih menyumbang medali perak pertama dari kontingen Paralimpiade Tokyo 2020. Bertanding di cabang angkat berat, pada kelas 41 kilogram, Widiasih berhasil membukukan Angkatan 98 kilogram. Kelebihannya melampaui semua keterbatasan yang dimiliki.

Setelah Olimpiade Tokyo 2020, kita disuguhkan kompetisi internasional bagi atlet yang mengalami kecacatan fisik, mental dan sensorial. Tidak pernah terbayangkan, ditengah pandemi yang masih menekan seluruh dunia, para atlet dengan kekurangannya tetap bersemangat bertanding.

Semua kita tentu banyak belajar dari momentum kegiatan olahraga tersebut. Banyak kisah inspiratif yang menunjukan bagaimana makna perjuangan dan semangat pantang menyerah itu diperlihatkan secara nyata. Ada nuansa yang berbeda dari paralimpiade dibandingkan olimpiade.

Sebagaimana spirit olimpiade dengan slogan Citius, Altius, Fortius -lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat, sebuah pertandingan sesungguhnya bukan sekedar mencapai kemenangan, melainkan berpartisipasi dan tidak berhenti berjuang, disitu nilai utama api semangat kehidupan dimaknai.

Kisah lain yang mengharukan juga terlihat dari foto penuh emosi kemanusiaan, adalah atlet pingpong dari Mesir, Ibrahim Hamadtou yang tanpa lengan, bertanding dengan menggunakan mulutnya, bahkan melakukan lemparan bola memakai kaki. Begitu luar biasa kemampuan yang dimiliki.

Kita tidak hanya melihat bagaimana sebuah pertandingan dilangsungkan untuk mencapai tingkat prestasi tertinggi, tetapi juga sekaligus memberikan dampak untuk membuka ruang bersyukur atas apa yang telah dimiliki. 

Sesungguhnya kita insan yang kerap bersungut, bahkan lalai berterima kasih.

Kompetisi tidak seharusnya menghadirkan konflik terbuka. Persaingan adalah bagian dari dinamika. 

Berlomba merupakan ruang untuk mengekspresikan diri, mewakili kehendak untuk bisa menembus bahkan merubah batas kelemahan yang dimiliki menjadi sebuah sumber kekuatan.

Hal itu menjadi sisi reflektif yang sepantasnya menjadi laku moral kita di situasi pandemi. 

Disrupsi karena wabah menular ini telah berlangsung dalam durasi yang panjang, penting untuk menjaga elan vital-daya dorong perubahan kita agar semakin adaptif dengan kondisi yang melingkupinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun