Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rapuhnya Demokrasi di Hadapan Oligarki

25 Juli 2021   08:47 Diperbarui: 25 Juli 2021   08:51 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kajian oligarki, menurut Jeffrey Winters, 2016, diakibatkan konsentrasi kekayaan dan kekuasaan bertumpuk pada sekelompok orang. Tidak terjadi partisipasi, menciptakan ketidaksetaraan.

Dengan begitu, oligarki, sebut Winters tidak lain sesungguhnya adalah strategi wealth defense, upaya mempertahankan kesejahteraan dengan menggunakan kemampuan finansial untuk memperoleh dominasi kekuasaan. Pada akhirnya akumulasi kekayaan terjadi secara siklik.

Pada paparan yang lain, Faisal Basri, 2020, mengurai kerja oligarki yang disangga dengan semakin berbiaknya fenomena korupsi. Hal terbesar dalam kerangka korupsi, terang Faisal, terletak di ruang kebijakan perundang-undangan.

Melalui ketentuan hukum, proses akumulasi bagi oligarki terjadi secara sistemik. Tiga hal penting terjadi, (i) kuantitas pembangunan berkurang, (ii) kualitas hasil pembangunan rendah, dan (iii) efek kerugian menjadi tanggungan publik.

Demokrasi adalah sarana menuju kesejahteraan yang menjadi milik publik. Upaya merawat demokrasi dapat terjadi melalui (i) pembenahan kelembagaan partai serta sistem politik, (ii) pelibatan kekuatan masyarakat sipil dalam melakukan kontrol dan keberimbangan -checks and balances.

Pada akhirnya seluruh hal yang bersinggungan dengan ekonomi dan politik, dalam ranah demokrasi, sejatinya ditujukan bagi upaya membangun rasa kemanusiaan, memenuhi keadilan dan keberadaban. 

Sayangnya, oligarki berada di alam kerangka berpikir serta jalan yang berbeda. Kita perlu waspada!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun