Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lintas Batas Corona

19 Juli 2021   12:59 Diperbarui: 19 Juli 2021   14:13 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beragam! Tidak tunggal. Pandemi dapat dilihat melalui berbagai sisi. Covid-19 tidak bersifat monolitik. Rentang pemahaman atas situasi wabah terbentang dalam spektrum yang luas.

Begitu kajian Forum Dosen dalam buku Corona: Virus, Bisnis atau Konspirasi? 2020. Buah pemikiran para akademisi lintas disiplin ilmu. Kekayaan perspektif diperlukan guna memahami serta mampu melihat utuh persoalan pandemi.

Setidaknya varian sudut pandang terbagi ke dalam aspek kesehatan, sosiologi, pendidikan, agama & budaya, komunikasi/ politik, hukum, ekonomi hingga arsitektur dan pertanian.

Buku setebal 230 halaman itu memuat 43 gagasan para ilmuwan yang mewakili berbagai bidang ilmu, koherensi setiap artikel terletak pada upaya menjelaskan bagaimana kita memberikan pemaknaan tentang corona.

Mungkinkah Konspirasi?

Teori ini mencuat dan kemudian menguat, karena prinsip utamanya menyebut bahwa tidak ada yang pernah terjadi secara tiba-tiba dan tanpa sebab-akibat sebagai hukum yang menyertai.

Pada aras kemungkinan, maka semua pintu probabilitas terbuka tanpa terkecuali untuk dapat menjelaskan sebuah fenomena, termasuk pandemi. Konspirasi adalah persekongkolan.

Dalam teori konspirasi termuat penyusunan agenda secara sistematik dan eksekusi terencana. Dipangkal teorinya, menyoal kepentingan segelintir pihak mengendalikan populasi.

Salahkah cara berpikir seperti itu? Terlebih ketika banyak ruang gelap terkait informasi asal-usul virus dan respon cepat negara-negara maju dalam komersialisasi metode penanganan berupa vaksinasi.

Argumen teori konspirasi terus berkembang seiring dengan ketidakmampuan bersama dalam menjelaskan duduk persoalan yang dihadapi. Konflik dua kutub kekuatan dunia juga membingkai alur berpikir dengan basis pemufakatan jahat.

Teori konspirasi terbilang canggih dalam melihat relasi kejadian yang ada, dengan menggunakan asumsi korelasional, bahwa segala sesuatunya bersifat saling terkait, berhubungan dalam kausalitas dan tidak terpisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun