Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup di Negeri Preman

12 Juni 2021   22:11 Diperbarui: 12 Juni 2021   22:22 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertarungan antar kelompok preman juga terjadi, untuk menegaskan dominasi dan memperjelas batas wilayah kekuasaan. Dibungkus secara retorik, meski kerap pula terjadi bentrok fisik.

Bandit Jalanan

Keseluruhan uraian Wilson menarik untuk dipelajari, dikaitkan pula dengan Teori Bandit Mancur Olson, yang berbicara tentang keterkaitan ekonomi dan pemerintahan.

Transformasinya dimulai dengan: (i) kategori bandit berpindah (roving bandit) -fase anarki, (ii) bandit menetap (stationary bandit) -kondisi tirani dan (iii) format demokrasi.

Meski pada akhirnya, demokrasi pun membawa cacat bawaan didalamnya, maka para bandit tidak hilang begitu saja, mereka menjadi bagian integral dalam kehidupan sosial bernegara.

Satu hal yang pasti, para bandit jalanan memainkan sisi kelam karakter jalanan juga dapat dimaknai secara berbeda, yakni mereka menjadi wajah dari elemen publik yang tercecer.

Ketimpangan yang menganga membuat kerja dengan otot lebih dominan dibanding otak. Karena itu menjadi anggota serta bagian dari kelompok organisasi preman, justru merupakan harapan untuk bisa mempertahankan kehidupan. 

Pada sisi yang lain, secara ironi preman berdasi memainkan sisi terang para pengambil kebijakan yang mematok jatah dari anggaran bantuan sosial, mematutkan diri dengan gelar akademik kehormatan, serta seperangkat aturan pelindung diri atas kritik publik.

Perbedaan diantara kedua jenis bandit ini terbilang tipis, yang satu hidup dari ancaman fisik, sementara jenis yang lain menghidupi dirinya dari akses besarnya pada pintu kebijakan.

Setali tiga uang, kita memang dikepung para preman terorganisir!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun