Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup di Negeri Preman

12 Juni 2021   22:11 Diperbarui: 12 Juni 2021   22:22 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melting pot! Melebur. Titik panas itu tersebar di berbagai kota besar. Posisi sentralnya terletak di Jakarta. Lokasi dimana otot dan akal memainkan peran secara berbeda.

Para preman dan organisasinya memainkan peran yang tidak bisa dipandang sebelah mata, kondisi ini merupakan konsekuensi dari gerak laju perkembangan kehidupan perkotaan. 

Begitu Ian Douglas Wilson mencoba mengurai penjelasannya mengenai Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Orde Baru, 2018. Penjelasannya tersusun ke dalam 315 halaman yang berurutan.

Dalam kajian Wilson, terdapat faktor latar belakang historis yang tidak terpisahkan dari keberadaan "penjahat kecil" ini pada proses mewarnai kehidupan sosial politik tanah air.

Rentang kajian Wilson ini mengingatkan kita pada konsep implikatif dari sebuah demokrasi yang mengandung kecacatan dengan melahirkan: para Bandar, Bandit dan Badut. 

Semua yang terlahir tersebut, menjadi ancaman bagi kehidupan demokrasi itu sendiri. 

Akar Sejarah

Sepanjang kisahnya, kelompok yang membarter imbalan dengan nyali dan keberanian ini, hadir untuk menjadi penjaga kepentingan pemilik kekuasaan. 

Para jago ini berfungsi untuk memberi perlindungan yang tidak gratis. Terjadi transaksi dan pertukaran.

Sebutan untuk jagoan itu bisa banyak macam, karena pusat kajian Wilson dilakukan di Jakarta, maka istilah centeng dan jawara menjadi kata penggantinya.

Mereka terlibat dalam proses ekonomi-politik. Preman merupakan lesapan kata vrijman yakni orang merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun