Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Babak Akhir Turbulensi KPK

20 Mei 2021   22:02 Diperbarui: 20 Mei 2021   22:05 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JELANG TAMAT! Drama keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di tanah air memasuki tahapan hampir final. Di penghujung nasib, antara tetap ada dan kemungkinan tiada.

Kisruh seleksi pegawai dengan perubahan status menjadi aparatur sipil negara, melewati proses Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) merupakan rangkaian tidak terpisahkan dari agenda pelemahan KPK.

Upaya serius mengatasi problematika korupsi merupakan amanat penting agenda reformasi, dengan tajuk utama: (i) regulasi pembatasan umur kekuasaan, (ii) memberantas kolusi, korupsi, nepotisme -KKN.

Reformasi memunculkan pemerintahan baru, tetapi tidak mengubah wataknya. Karakter kekuasaan tetap seperti semula: tamak dan berorientasi pada kepentingannya semata.

Karena itu, agenda mengatasi korupsi lambat-laun tampak menjadi duri dalam daging bagi kekuasaan. Proses politik di jalur yang koruptif, menghasilkan kekuasaan berkarakter sama seperti sebelumnya. 

Politik dengan pemilihan langsung di tanah air membutuhkan sumberdaya finansial, dan pemenuhan kebutuhan itu jamak didapat melalui praktik jual-beli kuasa serta transaksi gelap otoritas. Lingkaran setan yang tak putus.

Tidak terbilang petinggi negeri, mulai dari kepala daerah hingga pejabat setingkat menteri silih berganti menjadi pesakitan KPK, tapi korupsi tidak juga surut. Bahkan upaya mengempiskan fungsi KPK terus berlangsung.

Pertaruhan

Korupsi adalah kata sederhana yang menghimpun berbagai kerumitan, didalamnya ada unsur pertukaran pengaruh, pengambilan keuntungan, menggunakan cara-cara culas dan manipulatif.

Dalam termasuk Korupsi terjadi barter antara keuntungan individu dengan beban penderitaan publik. Kenapa begitu? (i) kualitas pembangunan merosot, (ii) kerugian negara ditanggung publik.

Penerima beban terbesar dari kasus korupsi adalah publik yang berposisi sebagai korban. Sebab itulah, maka perang melawan korupsi merupakan bagian dari hajat publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun