Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tepuk Tangan di Hari Kesehatan Nasional

14 November 2020   02:13 Diperbarui: 14 November 2020   02:25 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semangat dan harapan. Tepuk tangan selama 56 detik itu menjadi penanda Hari Kesehatan Nasional ke 56 yang jatuh setiap 12 November. Tahun ini, tema kegiatan yang diusung adalah "Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat", berada dalam bayang-bayang pandemi yang belum berhenti.

Sepanjang tahun di 2020, setidaknya kepungan pandemi sudah berlangsung sekitar 8 bulan lamanya, sejak kasus Covid-19 pertama dikonfirmasi ada di Indonesia pada awal Maret lalu. Publik masih menanti ujung akhir periode pandemi. Durasi panjang penuh ketidakpastian menciptakan situasi kejenuhan -burnout.

Dengan begitu, semangat perlu kembali dipompa agar kita bisa padu mencapai garis tujuan bersama, menang melawan pandemi. Tepuk tangan itu ditujukan sebagai bentuk apresiasi kepada tenaga kesehatan sekaligus publik yang terus menjalankan disiplin dalam menjaga protokol kesehatan, tajuknya "Jaga Diri, Keluarga dan Masyarakat, Selamatkan Bangsa".

Vaksin memang dinanti sebagai jurus pamungkas, tetapi peran serta seluruh elemen bangsa menjadi signifikan dalam mengatasi perluasan sebaran Covid-19. Keselamatan hidup bersama, akan saling terkait pada kemauan serta kemampuan untuk menjaga diri dan lingkungan secara bersamaan, bersifat timbal-balik.

Berdasarkan data statistik, angka kumulatif pertumbuhan melalui worldometers.info diketahui jumlah kasus Covid-19 di Indonesia tercatat sebanyak 450 ribu, bertengger di posisi 21 dunia, sementara itu menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, aspek korelasinya juga terkait dengan jumlah populasi yang juga besar, 270 juta jiwa.

Berbagi Peran 3T dan 3M

Edukasi publik perlu berlangsung berkelanjutan secara massif, melalui berbagai medium yang menjadi sarana sosialisasi kepentingan dalam menjaga kesehatan diri dan sesama menjadi bekal bagi pencegahan penularan. 

Protokol kesehatan melalui gerakan 3M digencarkan, dan publik mulai nampak terbiasa, mengikuti anjuran tersebut sebagai bentuk adaptasi kebiasaan baru. Dengan begitu, terbentuk norma baru dari rutinitas kehidupan bersama, yakni: memakai masker, mencuci tangan hingga menjaga jarak.

Implementasi 3M, ditujukan bagi partisipasi publik secara meluas. Sasaran utamanya adalah perubahan perilaku hidup yang bersih dan sehat. Dimana ruang kerja dari wacana 3M adalah pribadi, bagi seluruh individu yang pada akhirnya secara kolektif menyasar total populasi.

Menumbuhkan kesadaran akan budaya 3M yang terinternalisasi tentu tidak bisa dilakukan secara terpisah dari 3T sebagai komponen komplementer yang bekerja secara bersamaan. Wilayah kerja 3T adalah bentuk respon atas tanggung jawab negara guna melindungi publik.

Kerangka kerja 3T, yakni: pemeriksaan -testing, pelacakan -tracing, dan pengobatan -treatment. Keseluruhan tugas pada wacana 3T tidak bisa terlepas dari yang 3M, justru seharusnya berjalan beriringan, dalam situasi pandemi. Tidak bersifat asimetris, dimana format individu yang 3M seolah tidak memiliki relasi dengan yang 3T.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun