Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Manusia dalam Titik Simpul Data Media Sosial

15 Oktober 2020   15:36 Diperbarui: 16 Oktober 2020   09:02 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by camilo jimenez on Unsplash

Titik. Simpul titik-titik saling terhubung, dan struktur jaringan itu menjadi ilustrasi dashboard Drone Emprit. Manusia terkonversi menjadi titik data yang kemudian berjejaring. Media sosial menjadi sarana yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern. 

Wajah berganda ala Dewa Janus hadir seiring dengan integrasi teknologi dalam kehidupan manusia. Dalam mitologi Romawi, Janus memiliki dua muka, filosofinya memandang masa lalu dan masa depan secara bersamaan.

Media sosial juga membawa serta dua hal secara bersamaan, dengan menghadirkan dampak baik sekaligus memungkinkan munculnya kerugian sosial akibat disfungsi dari tujuan bermedia sosial. Perlu kecermatan melihat persoalan ini.

Layaknya sebuah media, maka keberadaan media sosial menurut Marshall McLuhan juga menjadi The Extensions of Man, sebagai perpanjangan panca indera manusia. Atas premis tersebut, maka gagasan McLuhan tentang sebuah desa global -global village kini telah menjelma menjadi sebuah realitas.

Bentuk formulasi teori McLuhan, dikenal sebagai determinisme teknologi, dimana perkembangan teknologi media termasuk adopsi sekaligus adaptasinya, memungkinkan terbentuk suatu perilaku baru yang bisa jadi menghilangkan posisi manusia dan kemanusiaan itu sendiri.

Era Post Human

Temuan itu terjelaskan dalam Kajian Fahmi, I (2020), pers.droneemprit.id, melalui analisis, "Bagaimana Tagar Trending oleh Bot?". Media sosial telah menjadi satu hal yang terinternalisasi dalam kehidupan keseharian. Bermedia sosial kini tidak hanya menjadi ajang berbagi informasi sebagai kebutuhan dasar, tetapi juga menjadi alat kepentingan untuk memperkuat persuasi pesan.

Melalui telaah pada media sosial Twitter, Fahmi menjelaskan proses dan tahapan mencapai tagar (#) dibaca sebagai sebuah trending topic. Bergerak dengan persiapan akun, hingga memuncak mencapai titik tertinggi lalu kembali mereda, dengan tujuan mendapatkan impresi.

Problem utamanya, Media sosial memungkinkan skema pengguna tanpa identitas asli -user anonymous, bahkan tidak jarang menggunakan akun palsu -fake account. Lebih berbahaya lagi, bila isu di media sosial ditelan tanpa proses verifikasi. Karena sebuah tema percakapan bisa distimulasi melalui perangkat Ro(Bot) yang merupakan sistem algoritma.

Kerja dari Bot jelas berbeda dengan manusia -Human, tetapi yang lebih benderang lagi bila Bot dipergunakan untuk suatu kepentingan tertentu, dan terang saja itu juga kerja manusia. Ibarat meminjam tangan teknologi untuk mengkonstruksi opini publik -netizen. 

Tentu saja cara kerja Bot menyesuaikan diri serta mempelajari psikologi netizen yang lebih mengandalkan kecepatan -velocity, serta agak minim dalam memverifikasi. Cepat mengambil kesimpulan melalui ekspresi persetujuan -like atau meluaskan informasi -retweet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun