Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pekik Setengah Merdeka

16 Agustus 2020   01:38 Diperbarui: 16 Agustus 2020   06:05 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi, Kamis (14/8/2020) | (ISTANA PRESIDEN/AGUS SUPARTO) via Kompas.com

Di situasi yang penuh dengan ketidakpastian, maka sulit untuk mampu melakukan prediksi secara presisi, kebijakan harus diambil secara dinamis mengikuti update dari gerak perkembangan yang terjadi secara realtime, disini letak sense of crisis pemangku kebijakan. 

Muara kebijakan harus tertuju pada ranah kepentingan publik secara langsung, menutup celah potensi penumpang gelap yang mengambil kesempatan.

Keterbatasan dari pengetahuan mengenai pandemi, mengakibatkan persoalan keterbatasan rasionalitas -bounded rationality dalam merumuskan kebijakan yang paripurna. Merujuk hal tersebut, maka dibutuhkan evaluasi target pencapaian secara berkelanjutan. 

Ukuran-ukuran harus dibuat dan dipergunakan sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan program kerja. Sekali lagi, perlu cermat melihat laporan, lebih dari sekedar sajian paparan presentasi yang ditampilkan, melainkan juga memiliki sensitivitas pada suara yang berkembang di tengah publik.

Hakikat Merdeka
Pidato kenegaraan itu merupakan agenda tahunan, bersifat seremonial yang dilakukan rutin menjelang hari kemerdekaan. Tentu faktor pembedanya adalah tantangan situasi pandemi yang terjadi saat ini.

Kondisi impitan pandemi, mengharuskan para pemangku kekuasaan dan kebijakan untuk bertindak dan bersikap secara luar biasa -extra ordinary, keluar dari apa yang menjadi kebiasaan sebelumnya.

Hal krusial yang lebih penting lagi, terletak pada upaya untuk menguatkan harapan publik, akan tujuan di masa depan. Menjadi menarik karena tahun ini, bertepatan dengan perayaan kemerdekaan yang telah berusia 75 tahun. 

Menengok kembali sejarah bangsa ini, sesungguhnya kita bertekad secara bulat untuk memproklamirkan kemerdekaan, sebagai pintu gerbang dari harapan bersama, akan imajinasi kehidupan yang terbebas dari keterjajahan, sekaligus mewujudkan agenda kesejahteraan yang melindungi segenap warga negara.

Merdeka bermakna kebebasan. Kini, kita belum benar-benar bebas dari penjajahan pandemi. Wabah tidak terlihat itu adalah ancaman baru dunia modern, setelah kita terbebas dari penjajahan fisik. 

Lantas apa hal terpenting dari sejarah di masa lalu, yang perlu dijadikan sebagai pelajaran bagi kita kali ini? Kita harus memulai kembali secara bersama-sama mengobarkan api semangat untuk mencapai kemerdekaan yang sejati, yakni bebas dari rasa takut dan bebas untuk menjaga eksistensi kehidupan kita berbangsa: MERDEKA!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun