Bermula dari aspek Kesehatan, hempasan dampaknya melebar kepada soal ekonomi, sosial hingga urusan politik domestik maupun internasional. Pusing tujuh keliling. Tetapi pada situasi ini pula ketangguhan kepemimpinan -leadership dibutuhkan.
Kalau Anda sempat mampir ke beberapa portal akademik ternama, seperti Harvard Business Review di HBR.org atau Boston Consulting Group via BCG.com, ada kesimpulan besar tentang peran pemimpin dan kepemimpinan dalam melakukan navigasi organisasi yang sedang berada dalam situasi krisis. Dimana harus dipahami, dimensi krisis sangat terkait dengan kondisi yang berbahaya dan tidak mudah.
Faktor kepemimpinan pula yang menjadi pembeda dalam kemampuan mengatasi persoalan. Kompleksitas masalah yang sama dihadapi oleh seluruh penjuru dunia, tetapi hasil akhir penanganan menjadi berbeda-beda, bukan saja persoalan kapasitas negara, melainkan juga terkait dengan kompetensi dalam kualitas kepemimpinan yang melakukan pengelolaan seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh suatu negara.
Risiko dan Krisis
Berbeda dengan risiko, yang memperhitungkan upaya antisipasi potensi atas datangnya kondisi, atau hal-hal yang tidak diinginkan, Pada situasi krisis, situasinya justru sudah terjadi, maka respon yang dapat dilakukan adalah mencari format solusi langsung, dalam menjawab permasalahan yang telah timbul tersebut.
Fenomena krisis, dalam kosakata China disebut Wei-Ji, yang merupakan kombinasi Wei -bahaya dan Ji -peluang, dengan begitu sebuah momentum krisis akan menjadi batu ujian, untuk bisa keluar dari bahaya dan mengambil peluang yang tersedia. Pengambilan keputusan adalah bagian puncak dari esensi kepemimpinan, dibutuhkan daya analisis yang akurat.
Dengan begitu, sense of crisis akan menyoal dua hal penting, (i) kepekaan, untuk mendengar apa yang menjadi keresahan dan permasalahan publik, serta (ii) kewaspadaan, dalam mempersiapkan pilihan strategi terbaik yang akan dijadikan sebagai solusi atas persoalan krisis yang dihadapi.
Krisis sendiri sesuai rujukan KBBI memiliki makna yang sejenis dengan kondisi bahaya, seperti perihal kegentingan, kesuraman, hingga kemelut.Â
Dalam makna yang luas, krisis dapat diartikan sebagai situasi kedaruratan. Pada periode darurat, maka kita akan mengatasi krisis tidak hanya dalam durasi pendek untuk saat ini, tetapi sekaligus mempersiapkan dampak jangka panjang bagi masa selanjutnya.
Ketidakpastian adalah tantangan yang harus dipecahkan. Krisis menimbulkan banyak tanya, tetapi kita diharuskan untuk sesegera mungkin merumuskan jawaban. Karena itu, hanya melalui kepekaan dan kewaspadaan, kita akan mampu mempersiapkan jalan keluar dari persoalan ini.
Lagi-lagi, kepemimpinan menjadi aspek penentu. Bila mengutip BCG.com, perubahan dalam menghadapi pandemi akan terkonsentrasi dalam episode tiga babak, (i) fase flatten, dilakukan untuk mereduksi jumlah penularan wabah, disertai tindakan shutdown, (ii) fase fight, ketika restart mulai dilaksanakan pasca pengendalian wabah, hingga (iii) fase future, yakni menjalin keberlanjutan dan keberlangsungan ekosistem setelah ditemukan vaksin.
Pada setiap etape tersebut, kepemimpinan memiliki kontribusi bagi keberhasilan perpindahan fase.Â