Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Meniti Jalur Tengah Keluar dari Pandemi

10 Mei 2020   03:23 Diperbarui: 12 Mei 2020   18:47 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyerah pada keadaan di masa sulit di tengah pandemi ini, bukan pilihan. | Ilustrasi: Pixabay/congerdesign

Bahkan Arundhati Roy, novelis dan pemenang Booker Prize 1997, menuliskan di dalam artikelnya pada Financial Times (3/4) menyebut bila pandemi adalah portal dari satu kehidupan menuju kehidupan lain yang berbeda setelahnya.

Perubahan kesadaran baru, adalah harapan yang ingin dicapai melalui pandemi. Diantaranya meningkatkan solidaritas, relasi saling bergantung secara sosial, hingga mengukuhkan kemanusiaan.

Pada titik tersebut, posisi pembedanya dimunculkan. Berdamai tidak seharusnya dimaknai sebagai menyerah tanpa syarat. Justru sebaliknya, menjadi perlawanan dalam bentuk baru, dengan persyaratan.

Apa persyaratan yang dibutuhkan? Kondisinya telah berubah, sehingga Anda tidak bisa berpikir seperti situasi normal, karena ini normalitas baru. Terbagi menjadi kerangka kebijakan, teknis dan sosial.

Terkait aspek (i) kebijakan: maka status bencana non alam tidak dicabut, karena mungkin akan ada gelombang serangan susulan. Termasuk fleksibilitas anggaran, serta realokasi budget yang dibutuhkan.

Di tingkat (ii) teknis: Protokol pelayanan medis diteruskan, agar kita memiliki fokus prioritas, tidak kemudian menyamakan wabah ini sebagai flu yang umum. Penguatan inovasi lokal, bagi produk pendukung teknologi kesehatan.

Hal itu juga akan berhubungan, dengan bagaimana seluruh prosedur aktivitas berjalan secara adaptif, menyesuaikan kapasitas secara bertahap. Tidak langsung 100 persen, sangat mungkin perlahan.

Pada level (iii) sosial: melakukan edukasi hingga membentuk regulasi untuk mendorong kebiasaan dan budaya baru yang sesuai dengan kebutuhan melawan pandemi. Memutus mata rantai penularan.

Jadi kita berdamai bukan dengan wabah, melainkan terhadap hasrat dan kehendak diri kita sendiri. Termasuk pada syahwat kekuasaan pada kepentingan kuasa, yang kini harus tunduk dan terkonsentrasi pada upaya melawan pagebluk, menjadi pelayan publik dalam makna sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun