Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Konspirasi dan Hiperealitas Pandemi

2 Mei 2020   06:14 Diperbarui: 2 Mei 2020   06:16 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Membangun teori konspirasi, untuk mencari jejak dari mana asal muasal virus, jelas membutuhkan tenaga yang sangat besar. Problemnya, kita sibuk mencari cerita awal, tetapi tidak mencoba untuk mengakhirkan virus. Dalam diam virus-virus itu bekerja tanpa henti.

Seluruh sumber daya dan konsentrasi, sepatutnya ditempatkan pada upaya menyelamatkan nyawa, dibanding sekedar menebak motif. Teori konspirasi menjadi menarik dalam format cocokologi. Menebak motif, bukan prioritas dalam mengatasi wabah.

Premis utama dari teori konspirasi, adalah tidak ada yang bersifat kebetulan di dunia ini. Selalu ada rekayasa, manipulasi, dan kepentingan yang tidak terlihat bekerja. Padahal kemajuan peradaban umat manusia, selalu teruji dari berbagai krisis yang dilewatinya. Momentum krisis itu sendiri, memang hasil ulah tangan-tangan manusia.

Persekongkolan Jahat

Sebenarnya, sikap skeptikal adalah awal rasionalitas ilmu pengetahuan, yang mencoba mencari berbagai jawaban dari persoalan yang membekap manusia. Perbedaannya, terletak di aspek rasionalitas sebagai kesadaran hidup. 

Peminat teori konspirasi, jatuh pada kesimpulan yang sama untuk semua pertanyaan berbeda, dalam format copy paste jawaban: pasti ada konspirasi elit global, sebagai faktor deterministik. Masalahnya kemudian, bagaimana bersikap atas konspirasi tersebut?

Ilmu pengetahuan menegakkan rasionalitas sebagai kesadaran. Memahami persoalan dengan mengurai unsur-unsur utama yang membentuknya, lantas menyusun jawaban yang dimungkinkan untuk menuntaskan masalah di setiap bagian tersebut.

Dalam teori konspirasi, kita tunduk pada satu hal, yakni penyangkalan, termasuk menyangkal ilmu pengetahuan dengan mengajukan teori konspirasi sebagai bentuk alternatif pengetahuan baru. Format bertindak dalam ilmu konspirasi adalah, abaikan semua fakta, karena semuanya adalah rekayasa.

Situasi kegelapan pengetahuan akan virus baru ini, membuat masing-masing pihak menciptakan rasa tidak percaya, membangun narasi konspirasi, melontarkan tuduhan kepada pihak lain, dibanding harus bersatu serta bekerjasama, dalam kepentingan yang sama.

Konspirasi dimaknai sebagai persekongkolan, pemufakatan jahat, bertujuan untuk memenangkan kepentingan. Dan kita mengambil langkah sendiri-sendiri untuk menyelamatkan diri. Padahal kolaborasi global seharusnya dikumandangkan, untuk mencari solusi bersama, menemukan vaksin maupun obat penyembuh dari wabah ini.

Memahamkan Hiperealitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun