Manusia biasa. Tanpa memandang profesi, kita semua berkedudukan sama. Pandemi menciptakan ruang ketakutan akan kematian, bagi seluruh populasi. Tenaga kesehatan rentan tertular dan menulari.
Kajian ini, ditujukan dalam upaya melihat bagaimana tenaga medis, khususnya profesi perawat dalam mempersepsi kondisi wabah yang terjadi. Pada pemaknaan dirinya sebagai pemberi layanan.
Perawat sebagai bidang keahlian, memiliki peran ganda. Pertama: sebagai profesi yang disumpah dan berkewajiban untuk memberikan pelayanan tanpa terkecuali. Kedua: menjadi individu bagi diri sendiri dan untuk keluarganya.
Beban itu diperankan, melalui upaya perimbangan. Pada situasi normal, bahkan jauh sebelum pandemi, tenaga kesehatan terkategori sebagai profesi yang berisiko tinggi tertular berbagai penyakit.Â
Dalam kondisi wabah, maka derajat risiko yang ditanggung semakin bertambah tinggi. Hal ini tentu mampu menurunkan motivasi pemberian layanan, terlebih bila persepsi atas situasi yang dihadapi, tidak terkonstruksi secara positif.
Temuan Lapangan
Melalui riset kecil, dengan lingkungan yang terbatas. Di salah sebuah rumah sakit swasta, pada daerah penyangga Ibukota. Melibatkan sekitar 60 responden, dengan model kuisioner singkat.
Diketahui bahwa para perawat mengaku pernah memberikan pelayanan kepada pasien yang diindikasi penderita Covid-19, sekitar 56 persen. Tingkat interaksi yang terbilang tinggi.
Pertemuan dengan pasien terpapar wabah, terjadi di berbagai ruang pelayanan. Mulai sejak pada tahap penanganan awal, baik di UGD, rawat jalan, hingga pada akhirnya fase lanjutan rawat inap.
Selama ini, informasi mengenai pandemi Covid-19, diperoleh melalui media televisi 34 persen, disusul media sosial 33 persen, lantas media online 20 persen dan di bagian akhir media cetak 13 persen.Â
Data tersebut mencerminkan, tenaga kesehatan berupaya melakukan pembaharuan informasi dari waktu ke waktu. Konsumsi informasi diperoleh melalui media mainstream, disusul media digital.Â