Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Glamor, Pamor, dan Katastrofi Perhelatan Olahraga

17 Februari 2020   13:29 Diperbarui: 17 Februari 2020   17:07 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara pembukaan Olimpiade Rio, Brasil pada 2016 lalu| Sumber: Getty Images via Vanity Fair

Lebih dari sekadar sehat. Penyelenggaraan sebuah event olahraga dapat menjadi ladang subur dalam mengejar impian prestasi dan keuntungan nominal. Tanpa pertimbangan yang teramat kuat, mimpi indah bisa berakhir menjadi mimpi buruk.

Terlebih untuk sebuah kegiatan berlevel internasional, negara yang bertindak sebagai tuan rumah, tampil glamor dengan bersolek. Tapi bukan tanpa risiko, upaya mempercantik diri itu kerap berujung petaka. Katastrofi terjadi, seiring dengan puncak pamor. 

Gelontoran biaya yang dikeluarkan, terkalkulasi dalam proyeksi penerimaan, selama gelaran tersebut berlangsung. Seolah mengakomodasi prinsip "biar tekor asal kesohor".

Pada tataran logika, terlihat semua pihak terlibat akan menangguk untung. Para atlet, mendapatkan peluang mengejar prestasi juara. Sementara itu, kumpulan sponsor memperoleh ruang publikasi dan promosi. 

Keuntungan ditangkap penyelenggara, melalui tiket pertandingan hingga merchandise. Sisanya, publik puas karena mendapatkan tontonan menghibur. Dampak finansial tambahan, hadir melalui mekanisme pariwisata saat momen olahraga.

Ternyata tidak hanya itu, ada hal lain yang juga hendak ditampilkan di luar main course olahraga, yakni image dan kredibilitas bagi penyelenggara. 

Paparan dari ekspose pemberitaan, serta sorot media dan pandangan mata akan tertuju pada kegiatan tersebut. Citra yang baik, dan kemampuan dalam mengadakan pentas olahraga tingkat dunia, menjadi modal bagi popularitas.

Olahraga dan Korupsi
Berkaca dari pengalaman pengelolaan bidang olahraga nasional, kita sesungguhnya berhadapan dengan situasi yang tidak menguntungkan. Sekurangnya, kementerian dan bahkan menterinya, pernah tersangkut skandal korupsi.

Monumen Hambalang, adalah saksi bisu. Betapa mimpi olahraga menjadi lahan prestasi, justru dimanfaatkan untuk kepentingan individu. 

Sejatinya, proyek tersebut menjadi lokasi sentral bagi pendidikan, pelatihan dan sekolah olahraga nasional. Upaya lancung itu, lalu berakhir dengan sia-sia.

Di bagian terbaru, kasus dana hibah KONI. Membuat Menpora sebelumnya, tersandung. Jatuh menjadi pesakitan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun