Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Preteks pada Viralitas Video UAS

19 Agustus 2019   12:05 Diperbarui: 19 Agustus 2019   12:16 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dengan demikian, agaknya harus dicermati bagaimana produksi teks dilakukan, serta didistribusikan hingga akhirnya di konsumsi publik. Pada kasus tersebut, pertanyaan terkaitnya adalah motif dari framing video tersebut? Pihak yang memiliki kewenangan, harus melakukan tindakan segera.

Menyoal Peristiwa

Mengapa UAS disorot? Tentu karena posisinya sebagai tokoh publik, dimana legitimasinya menempatkan figur UAS sebagai seorang penceramah dengan begitu banyak jamaah. Maka kita akan melakukan pengecekan terhadap konten dan konteksnya dalam sudut komunikasi, guna memahami kerangka bangunan peristiwa yang terjadi.

Pertama: dalam aspek konten ceramah UAS, sifatnya merupakan respons atas pertanyaan publik yang hadir pada saat peristiwa tersebut berlangsung. Posisi UAS mengambil sikap pasif dalam menjawab sekaligus menerangkan apa yang diminta oleh jamaah yang hadir. Dengan posisinya sebagai penceramah, termasuk melihat latar pendidikan UAS, maka konten tersebut adalah hal yang dipahami, berdasarkan keilmuan yang dimilikinya.  

Kedua: berkenaan dengan konteks, kejadian ceramah UAS telah terjadi bahkan sudah lewat dalam hitungan tahunan. Pada bingkai komunikasi, kita melihat bagaimana teks itu berkaitan dengan kondisi sosial politik yang melingkupinya. UAS adalah tokoh agama, yang mengambil pilihan politik berbeda pada periode kontestasi yang lalu. Adakah keterhubungan dengan kasus saat ini? Bisa saja, terutama bagi free rider yang tidak menyukai figur UAS.

Pada kajian komunikasi, khususnya terkait dengan retorika, yakni bentuk komunikasi dasar untuk berbicara dimuka khalayak ramai, sekurangnya terdapat tiga hal penting, yakni ethos -kredibilitas pembicara, pathos -kemampuan menyampaikan narasi yang menggugah dan logos -aspek rasionalitas dari pembicaraan yang disampaikan. Menggunakan indikator tersebut, UAS memang penceramah dengan kualifikasi yang memenuhi kriteria retorika yang dibutuhkan.

Preteks dan Sensitivitas Agama

Sekali lagi, kajian ini tidak hendak menyatakan apakah UAS salah atau benar dalam kedudukan hukum. Tulisan ini hendak memposisikan viralitas video UAS yang kini menjadi polemik serta perdebatan pada sudut kajian komunikasi. Letak pangkalnya pada aspek konten, konteks, relasi antar teks dan yang paling sering tertinggal adalah preteks.

Apa itu preteks? Sekurangnya itu adalah motif dari narasi yang dipersiapkan dan hendak di produksi pada bagian ujung paling awal. Bagaimana memaknainya? Preteks pula yang kemudian menjadi dasar bagi terjadinya perang di Irak. Tanpa bukti data argumentatif, negeri 1001 malam itu mendadak harus diperangi secara fisik, dengan tuduhan mempersiapkan senjata pemusnah massal.

Terkait agama, dalam sejarah kehidupan manusia merupakan hal yang rumit karena berkaitan dengan keyakinan yang sulit diubah. Maka himbauan MUI untuk saling menahan diri adalah hal yang terbaik dalam melihat kasus UAS. Sekaligus sebagai sarana reflektif hasil dari benih yang ditanam melalui ketatnya kompetisi politik yang dilewati, pada bulan kemerdekaan ini.

Lalu apa preteks dalam viralitas video UAS? Banyak pihak yang tidak menghendaki bangsa ini pulih dalam normalitas barunya. Banyak kepentingan yang bisa jadi bermain untuk menciptakan kondisi instabilitas. Terlebih terkait dengan isu sensitif soal agama. Preteksnya jelas, menginginkan disharmoni terjadi, sementara proses menuju recovery kebangsaan paska keterbelahan sedang mulai terjadi secara perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun