Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mungkinkah Kompromi Koalisi Politik?

14 Juli 2019   06:45 Diperbarui: 14 Juli 2019   23:41 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bila kemudian Jokowi berbicara tentang orang muda, bukan tidak mungkin hal itu juga sebagai upaya untuk mematangkan generasi muda partai politik, yang selama ini tidak memperoleh ruang ekspresi dibandingkan para seniornya.

Secara semiotik, ungkapan "muda" bermakna memiliki kemampuan untuk berpikir cepat menyusun resolusi atas persoalan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Termasuk mewadahi kemunculan figur-figur baru guna menghadirkan kesegaran. Lengkap dengan kemampuan untuk menghadirkan alternatif penyelesaian secara kreatif.

Lagi-lagi, sumber dan daftar kandidat pengisi formatur kabinet ada di saku Jokowi. Kita perlu menunggu, apakah ada kejutan-kejutan yang dihadirkan? Tentu saja kejutan yang diharapkan berorientasi pada upaya pemenuhan kepentingan publik.

Oposisi yang Tersisa

Kelesuan minat sebagai oposisi menjadi pertanda dari mandeknya kehendak untuk melembagakan fungsi check and balances. Kesiapan untuk berkuasa, kurang diimbangi dengan kesediaan untuk menjadi counterbalance atas kekuasaan itu sendiri.

Realitas ruang politik menguatkan premis penting tentang upaya merebut, memperoleh dan mempertahankan power and authority. Tidak ada partai politik yang tahan berlama-lama menjadi pihak yang berseberangan dengan kekuasaan. Fenomena itu terlihat dari upaya lompat pagar pasca kalkulasi final kompetisi politik.

Jika begitu, apa yang tersisa? Terlebih bila Prabowo dan partai besutannya -Gerindra, sebagai pihak yang dilekatkan dengan fungsi oposisi kemudian berbalik badan ada dalam tubuh kekuasan. Sekurangnya hanya PKS yang telah siap beroposisi. 

Ambigunya posisi PAN dan Demokrat, bisa jadi akan sangat bergantung pada penerimaan kubu Jokowi untuk masuk gerbong pemerintahan. Bila ajuan PAN dan Demokrat tidak diterima, perlu adanya formasi serta konsolidasi ulang di kubu oposisi.

Pada bagian akhir, elemen bebas yang memainkan peran signifikan bagi Prabowo saat kompetisi politik yakni kelompok Islam Politik yang tidak terafiliasi partai politik akan dapat memainkan peran ekstra parlementer. 

Sumbangan suara dari kelompok ini, pada periode lalu terdistribusi kepada partai politik yang mengafiliasikan diri pada kepentingan Islam. Pada agenda politik mendatang, mereka akan mencermati dan melihat dinamika yang terjadi. 

Komitmen dan konsistensi partai politik yang bersikap oposisi pada isu terkait identitas Islam, akan menciptakan modalitas untuk berkompetisi di 2024. Soal isu radikalisme? Sekali lagi dalam peta politik, hal itu hanya komoditas politik yang kerap muncul dan dipergunakan secara musiman, khususnya pada masa menjelang kontestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun