Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kembalinya Kuasa Media Mainstream

12 Juni 2019   07:26 Diperbarui: 15 Juni 2019   00:52 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh methodshop dari pixabay

Keterpilihan Jokowi di 2014, merupakan kemenangan bentuk kampanye baru yang terdigitalisasi, dengan segmentasi target pemilih muda yang dinamis, berbagai meme, infografis dan video games serta flashmob dibuat untuk mengesankan pemilih.

Persaingan Jokowi dan Prabowo saat itu, terjadi ketika SBY mengakhiri masa jabatan Presiden RI untuk periode keduanya. Aktor dalam kontestasi Pilpres 2014, sama-sama newcomer, meski Prabowo pernah terlibat dalam ajang Pilpres 2009 berpasangan dengan Megawati.

Beda Rasa Pilpres 2019

Situasi hasil kajian Tapsell menjadi menarik untuk dilihat dalam situasi kekinian. Bahwa model pengelolaan sosial media, yang menghantarkan Jokowi sebagai pemenang pada 2014, tidak mampu menunjukan performa terbaiknya dalam upaya mendorong popularitas dan elektabilitas.

Hal tersebut menarik, karena Pilpres 2019 seolah menjadi rematch Jokowi-Prabowo yang kembali bertarung di pentas politik domestik. 

Berbeda dari 2014, dimana Jokowi memanfaatkan dengan jitu peluang dari ruang online untuk menciptakan image personal, maka di 2019 arah percakapan sosial media justru dikuasai Prabowo.

Bila merujuk pada trending topic, trend analytic hingga tones pada komparasi digital dari dua kandidat tersebut, maka secara kasat mata seolah Prabowo akan tampil sebagai pemenang.

Meski kerap mendominasi total pembicaraan di sosial media, disertai dengan kelompok pendukung yang masif pada dunia maya, toh Jokowi kembali memenangkan pertandingan, yang secara legal masih dipersidangkan di tingkat Mahkamah Konstitusi. 

Situasinya berbalik dan berubah, kajian Tapsell menjadi acuan bagaimana Pilpres 2019 memulihkan kembali posisi powerfull media mainstream. Mengapa? Karena Jokowi pada Pilpres 2019, bukanlah Jokowi yang bertanding di 2014.

Presiden Jokowi, mendapatkan manfaat sebagai the sitting president yang kembali ikut perhelatan politik di Pilpres 2019. Jokowi mendapatkan ekspose media secara terus menerus pada berbagai kesempatan. Pondasi elektoralnya untuk 2019, telah disusun dan dipupuk sejak terpilih pada 2014.

Pada kontestasi Pilpres 2019, Jokowi mengantongi dukungan mayoritas partai politik. Sebuah bekal yang signifikan dalam membantunya untuk memenangi kompetisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun