Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Human Error" dan Ketidakpercayaan Publik

21 April 2019   10:21 Diperbarui: 21 April 2019   11:26 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilu tidak mampu menjadi sarana relaksasi politik. Polarisasi semakin menguat seiring dengan hasil hitung cepat, pasca pemilihan. Riuh politik pada periode kampanye, kembali menghangatkan situasi politik, seiring dengan kemunculan indikasi kesalahan rekapitulasi suara.

Apa maknanya? Muara dari sebuah agenda pemilihan politik jelas terindikasi melalui tingkat partisipasi dan keterpilihan, menjadi basis legitimasi atas dukungan untuk mendapat mandat mengelola kekuasaan. Bagaimana hasilnya? Sebelum masuk ke wilayah tersebut, menjadi penting untuk berbicara proses sebelum hasil diperoleh. 

Pada kaidah dan tataran filosofis, maka ontologi sebagai realitas, didekati dengan menggunakan pengetahuan sebagai basis epistemologi, dimana didalamnya terdapat cara mencapai realitas yang disebut metodologi, hingga pada ujungnya hal tersebut akan dipergunakan untuk kepentingan nilai sesuai tujuan atau aksiologi.

Lantas apa relasi kajian filosofis itu dengan persoalan di awal pembahasan? Bahwa upaya mencapai kebenaran dengan tujuan yang benar, harus dipastikan terjadi melalui kaidah dalam cara-cara yang sebenar-benarnya. Tidak mudah, itu pasti!.

Manusia Subjek

Kini bermunculan versi koreksi hasil perhitungan, kita dapat memaknai secara positif hal tersebut sebagai bentuk partisipasi publik. Meski memang harus diverifikasi dengan ketat guna memastikan kebenaran yang terkandung dalam informasi tersebut.

Akhir-akhir ini ketegangan politik, membuat kita jauh dari kemampuan melakukan validasi informasi. Padahal, apa yang nampak sebagai kebenaran belum lah tentu sebuah kebenaran. Keterbatasan waktu memastikan informasi, ditambah dengan amplifikasi emosi melalui sosial media memenuhi ruang publik.

Jagad maya menjadi sangat chaotik. Disini sesungguhnya, terdapat peran manusia sebagai subjek bagi dirinya. Lantas human error muncul sebagai alasan. Manusia memang sejatinya tempat salah dan lupa. Sehingga kesalahan secara intrinsik melekat pada diri manusia.

Jadi, apapun yang menjadi buatan manusia memiliki kerentanan untuk dapat mengalami kesalahan. Titanic yang sempat diklaim sebagai kapal pesiar terhebat, pun kandas berhadapan dengan gunung es. Seiring perkembangan teknologi, faktor human error hendak direduksi, tapi selalu muncul celah bersamaan dengan upaya tersebut.

Permasalahan yang terjadi kemudian, seberapa besar faktor human error dapat ditolerir? Terlebih terkait dengan periode kontestasi politik, karena kesalahan sekecil apapun dapat menciptakan ruang ketidakpercayaan. Disisi lain, distrust yang meningkat mengakibatkan hilangnya legitimasi politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun