Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Zonasi Penerimaan Siswa dan Peran Sekolah Swasta

16 Juli 2018   11:45 Diperbarui: 16 Juli 2018   12:10 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerapan skema penerimaan murid tingkat dasar dan menengah yang menggunakan sistem zonasi menimbulkan berbagai perdebatan. Seperti biasa, pro-kontra menjadi tidak terelakan. Persoalan dari implementasi kebijakan baru, pasti mengandung titik lemah kekurangan, maka hal tersebut akan menjadi poit evaluasi dalam kerangka pengembangan kebijakan dikemudian hari.

Kenapa sistem zonasi banyak dikritik? Sebagian karena soal penerimaan yang mengutamakan basis lokasi dibandingkan prestasi, serta pengakuan atas penyerapan kelompok kelas ekonomi tidak mampu (baca: miskin) untuk dapat diterima sekolah negeri terdekat. 

Lantas apa yang menjadi problem? Karena setidaknya penerimaan atas siswa berprestasi tetap terjadi, meski diakui ada persoalan dalam penerbitan SKTM (baca: surat miskin) yang seolah tanpa verifikasi.

Dengan demikian, apa yang menjadi persoalan terbesarnya? Dalam kacamata yang berbeda, penulis hendak menyarankan kita berpikir ulang atas mindset kita yang telah membentuk konsepsi bahwa menempatkan anak bersekolah di sekolah negeri favorit, biasanya disebabkan karena mutu kualitas dan prestasi sekolah, akan memberikan jaminan yang baik bagi proses pembelajaran sang anak.

Tentu tidak bisa dipungkiri, sekolah negeri memiliki prasarana yang cukup dalam kerangka pengembangan kemampuan akademik siswa, karena semuanya difasilitasi negara, termasuk diantaranya pembebasan biaya sekolah. Benarkah faktor ikutan atas keberhasilan sekolah dapatmencerminkan keberhasilan seorang siswa? Jawabnya jelas tidak.

Kualitas siswa sangat bergantung pada minat dan motivasi belajarnya, sementara fasilitas dan kemudahan adalah soal sarana penunjang dan pendukung. Dengan demikian, mustinya bersekolah dimana saja, selama mampu mendorong minat atas ketertarikan bersekolah, sekaligus mampu menciptakan terbentuknya motivasi belajar, kesuksesan adalah hasil akhir yang dapat diraih.

Mispersepsi dalam mindset kita, membentuk kekisruhan tentang penerimaan siswa baru ditingkat sekolah dasar dan menengah. Tetapi kita memang gandrung dengan kegaduhan, seolah kalau tidak gaduh maka sebuah kebijakan tidak banyak memberikan dampak bagi publik. Ya, masyarakat kita senang dengan keriuhan, semua serba diributkan tanpa memahami hal-hal pokok.

Sekolah Swasta Riwayatmu Kini

Setidaknya, selain sekolah negeri adapula sekolah swasta diberbagai daerah. Sesuatu yang harusnya menjadi alternatif ketika terjadi penumpukan siswa di sekolah negeri. Tetapi sayangnya, hal tersebut tidak terjadi secara linier. Semua pihak tetap berkehendak masuk ke sekolah negeri, sembari memandang sebelah mata keberadaan sekolah swasta.

Sebenarnya, sistem zonasi dapat memberikan ruang keberimbangan atas daya tampung bagi sekolah swasta. Probemnya, lagi-lagi soal mindset, bahwa sekolah swasta memiliki mutu yang lebih rendah dengan fasilitas yang terbatas, dengan harga yang tentunya lebih mahal. Dititik ini, kita perlu kehadiran pemerintah sebagai regulator sekaligus operator sekolah negeri untuk membangun kebijakan yang mendukung ekosistem sekolah swasta.

Perubahan mindset berarti merubah cara berpikir, sayangnya hal ini tidak dengan mudah terjadi. Sekolah swasta, khususnya dalam kategori sekolah kelas menengah dan kecil tampak kembang-kempis seolah kewalahan bernafas karena kurangnya peminat siswa baru, disisi lain sekolah negeri jusru memiliki jumlah peminat yang membludak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun