Sebagai pemula dibidang filsafat, maka saya sungguh kelenger ketika diwajibkan membaca Carl G Hempel. Penjelasan filsafat ilmu alam itu nampak begitu rumit bin njelimet dalam urutan cara berpikir saya. Maklum saja, konsepsi logika acak abstrak, agak bertabrakan dengan metode berpikir saya yang lebih mekanistik.
Secara samar beberapa catatan dibuat, meski tidak sepenuhnya dipahami. Beberapa istilah dikemukakan, nomologis deduktif, probabilitas, reduksi dan paradoks gagak mungkin menjadi gagasan utamanya.
Hempel memiliki basis ilmu matematika yang sama kuatnya dengan latar filsafatnya. Tidak heran, pendekatan filsafatnya akan ilmu alam begitu lengket dengan pemahaman matematis.
Meski begitu, Hempel justru mencoba melakukan dekonstruksi pendekatan induktif dalam melakukan pembuktian kebenaran. Mekanisme induktif dengan generalisasi, menurut Hempel tidak sepenuhnya tepat dan dapat menggambarkan penjelasan atas bukti fakta empirik.
Maka kemudian Hempel merumuskan nomologis deduktif, yang menjadi hukum menyeluruh. Dimana Hempel berpendapat, upaya menjelaskan fenomena tetap akan dimulai dengan hukum umum yang diboboti fakta partikular, sehingga mendapatkan kesimpulan yang mampu menjelaskan.
Secara formulatif, gagasan Hempel dapat dinotasikan sebagai: Hukum Umum + Fakta Partikular = Kesimpulan yang menjelaskan.
Dengan demikian, nomologis deduktif, dianggap sebagai alternatif solusi dari pendekatan induktif. Dikenal sebagai Covering Law. Pada upaya menjelaskan nomologi deduktif, Hempel menyebutkan korelasinya dengan probabilitas, sesuatu yang kemudian akan dipahami sebagai Raven's Paradox.
Bahwa mengikuti logika dalam contoh burung gagak hitam, akan membawa kita pada pemahaman gagalnya generalisasi induktif. Dengan penjelasan berikut:
Jika semua burung gagak hitam, dan hasil sampel atas populasi dinyatakan demikian, maka konklusi bila seluruh burung gagak berwarna hitam mengandung kesalahan.
Secara empirik, gen albino gagak diturunkan melalui warisan genetik kepada tiap telur yang ditetaskan. Sehingga terdapat probabilitas gagak albino yang bisa jadi tidak dapat ditemui melalui pendekatan pengamatan langsung meski menggunakan azas ketaatan statistik.
Dengan demikian, statement semua gagak berwarna hitam mengandung kecacatan kesimpulan.