Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menebak Proses Komunikasi Partai Baru dalam Kompetisi Politik

23 Februari 2018   09:52 Diperbarui: 23 Februari 2018   13:18 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: hariansinggalang.co.id

Suhu politik di tanah air menghangat! Terutama pasca penetapan nomor urut partai-partai, yang terdaftar dan ikut serta dalam kancah kontestasi politik domestik. Tercatat, 14 partai yang akan terlibat dan terdapat 4 partai debutan alias baru.

Meski, terletup insiden, dalam istilah "jangan mengajari bebek berenang" versi partai-partai lama, tetapi sentilan para pemain baru, mungkin tidak dapat dianggap senyap. Salah satu yang terlihat dalam raut wajah politik lokal, adalah kejenuhan publik akan janji politik.  

Para pemain lama, memang memiliki "gaya renang" sendiri, tetapi kolam yang lebih "pekat" mengharuskan ada adaptasi baru yang terjadi. Fenomena digitalisasi, kemunculan Obama dan Trump sebagai model, tidak lepas dari strategi politik baru dengan cara-cara yang berubah.

Bila demikian, apakah mungkin partai "kuda hitam" bisa merebut pangsa pasarnya?

Adopsi strategi bisnis ke dalam politik, dengan menggunakan azas kompetisi ala Porter penting untuk dilihat, persaingan melibatkan pemain lama, termasuk pendatang baru dengan menghitung dampak eksternal -melihat kebutuhan publik, dan kepentingan konstituen secara internal.

Situasi tersebut menggambarkan kondisi bahwa pangsa pasar yakni pemilih tidak memiliki mono loyalitas, padahal dalam politik loyalitas tertinggi terletak dalam kesepahaman ideologi yang tidak dapat berubah. Dengan demikian, aspek transaksional menjadi lebih mengemuka.

Lalu bagaimana kita membaca arah komunikasi partai-partai baru tersebut?

Dalam konsep pemasaran, terdapat aspek "branding" sebagai langkah awal dalam pengenalan merek yang akan ditawarkan kepada audiens. Partai politik sendiri, perlu mendefinisikan  target sasaran utama pemilihnya, membentuk segmentasi spesifik target klien yang disasar.

Melakukan penguatan citra partai politik dengan pola positioning yang tepat, bukan jalan yang mudah. Karena paparan informasi partai politik lama, telah berlangsung lebih dahulu, serta memiliki kekuatan supporting, dalam bentuk modal finansial dan jaringan media massa.

Mampukah partai baru yang terbebas dari belenggu historis, memunculkan alternatif segar dalam konteks komunikasi politik? Dapat menyampaikan gagasan pesan, yang mudah ditangkap dan disebarluaskan didalam populasi masyarakat? Akankah partai-partai lama justru juga akan masuk ke ranah yang sama tersebut?

Dunia politik tidak terlepas dari digitalisasi, sehingga kontestasi demokrasi ke depan akan menghadirkan "ruang perang" baru. Partai-partai yang tidak memiliki sumber daya yang berlebihan, dapat memanfaatkan peluang tersebut. Namun dunia online, belum dapat menjadi proyeksi keberhasilan diranah offline. Perlu kerja serius, dalam menyelaraskan keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun