Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perbaiki Pola Komunikasi Jadi Jembatan Kesehatan Kita

11 Januari 2018   05:13 Diperbarui: 11 Januari 2018   19:48 1999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Menariknya kita kembali menelaah buku"Komunikasi Petugas Kesehatan dan Pasien, dalam Konteks Budaya Asia Tenggara" yang ditulis Mora Claramita et all, 2014.

Meski buku ini memberikan pernjelasan tentang pola komunikasi yang harus dikembangkan dalam kerangka pemberi layanan, tetapi penting juga bagi konsumen sebagai penerima layanan untuk dapat pula memahaminya. 

Relasi dokter dan pasien, dalam kenyataannya, khususnya Asia Tenggara dalam temuan tersebut memiliki karakteristik unik, yaitu: 1) kesenjangan sosial hierarkis, 2) budaya kesopanan dan bahasa non verbal, dan 3) otonomi pasien dan keterlibatan keluarga dalam pengambilan keputusan.

Dengan demikian, maka tenaga kesehatan diharapkan mampu memadukan profesionalisme dan komunikasi sebagai panduan bekerjanya. Profesionalisme menyandarkan diri pada skill medis dan kehormatan, kejujuran serta integritas yang kemudian berkaitan dengan aspek selanjutnya, yakni komunikasi secara efektif.  

Tidak hanya ke pasien semata, komunikasi juga harus dibangun guna menciptakan kesepahaman dalam perspektif antar tenaga kesehatan, pada suatu fasilitas kesehatan. 

Karena penanganan pasien terintegrasi antar berbagai bagian, dalam sebuah pelayanan kesehatan. Dititik ini, tenaga kesehatan harus menempatkan diri dalam perspektif pasien, membentuk simpati bertindak. Perhatikan gesture dan bahasa non verbal, guna memahami situasi psikologis pasien dan keluarganya.

Dalam melayani, model komunikasi tenaga kesehatan mengacu pada model "Sapa-Ajak Bicara-Diskusi", peran utama dalam menginisiasi pembicaraan awal adalah tenaga kesehatan, dengan memperhatikan aspek psikologis pasien yang membutuhkan pelayanan. Termasuk mengusulkan bentuk format lanjutan pelayanan yang akan dilaksanakan.

Kerangka psikologis pasien tipikal Asia Tenggara, meski kerap kali menjawab "ya dok"dan menyerahkan otorisasi solusi dari dokter, kerap kali menyampaikan keluhan terpisah di kemudian hari. Sebab itu pula mekanisme yang perlu dibuat adalah mengajak diskusi, sehingga kesepakatan yang dibuat bagi pasien menjadi persetujuan bersama.

Peran Partisipatif Pasien

Tidak lengkap bila kita tidak menempatkan cara bersikap yang sewajarnya bagi pasien, dalam bertemu dengan tenaga kesehatan. Meski menjadi kewajiban dan tanggung jawab profesi, tetapi membantu tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik, juga harus didukung oleh sikap konsumen dalam hal ini pasien.

Bayangkan Anda menjadi tenaga kesehatan dengan background situasi kerja dini hari, dengan kasus gawat darurat pada sebuah klinik yang memiliki keterbatasan pelayanan, tentu memberi pelayanan semaksimal mungkin adalah hal terbaik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun