Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reuni dan Perang Pengaruh di Dunia Digital

8 Desember 2017   09:03 Diperbarui: 8 Desember 2017   09:41 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehebohan pembahasan tentang reuni, mendadak sontak menjadi trending topic pada linimasa berbagai media sosial. Maklum, reuninya dari sebuah gerakan massa yang sempat mengguncang diakhir tahun lalu, yang bertepatan dengan periode pemilihan kepemimpinan daerah di Ibukota.

Pada sebuah acara telivisi bertajuk ILC dan bukan ILK, semua pihak yang ditengarai terkait baik dalam posisi pro maupun kontra diundang dan dimintakan pendapat yang saling bersilangan, maka kearifan dari pemirsa acara tersebut yang akan memutuskan bentuk kesimpulan akhir diskusi yang panjang tersebut.

Tulisan ini tidak hendak masuk kepada pokok persoalan, karena masing-masing berhak untuk memiliki perspektifnya tersendiri. Hal yang menarik adalah forum tersebut selayaknya ruang diskusi penuh perdebatan, sekaligus menjadi gelanggang transmisi pengaruh dunia digital.

Kita melihat para pemimpin formal dan pemimpin opini yang sama memiliki modal sosial, yang pertama pemimpin formal terbentuk disebabkan karena posisi serta kedudukannya, sedangkan yang kedua pemimpin opini ditunjuk dikarenakan kemampuan individual untuk membawa buah pemikirannya ke tengah public.

Pemimpin perubahan pada berbagai studi kasus, memang seorang pemberi pengaruh alias influencer. Hal tersebut sebagaimana konsep yang diformulasikan Joseph Grenny, at all dalam buku Influencer sebuah Ilmu Baru dalam Memimpin Perubahan. Kelihaian dan keahlian menghadirkan pendapat kemuka adalah sebuah hasil dari praktik berlatih berkesinambungan.

Disisi lain, penciptaan pengaruh adalah bentuk dari kombinasi hadirnya motivasi individual, yang terhubung dengan kemampuan dalam aspek kepribadian serta mendapatkan persetujuan pada banyak pihak diluar lingkup dirinya. Karena itu, statement tentang akseptasi kelompok pengaruh, juga akan semakin memiliki dampak bila jumlah persetujuan akan sebuah gagasan terjadi secara meluas.

Selamat Datang di Klikorasi

Dalam dunia digital dan media massa, aspek kuantitas tercermin pada jumlah like, share and follower. Pada saat yang bersamaan, aspek kuantitas yang meluas tersebut akan menciptakan kualitas baru, terutama ketika timbul viralitas, menjadi bahan pembicaraan public dan trending topic dalam kurun waktu tertentu. Era digital, memfasilitasi bentuk relasi sosial baru yang maya.   

Seperti layaknya didunia nyata, panggung digital pun menciptakan pro-kontra, ruang like and dislike, membentuk lapisan followers and haters. Sekalilagi hal itu adalah konsekuensi normal. Bagi sebagian pihak yang memilih jalur kontroversial, maka haters adalah bentuk publikasi yang bagus untuk menciptakan ketenaran sebuah popularisme digital.

Problemnya secara moral adalah, apakah Anda menikmati keterkenalan yang disebabkan karena tindakan eksentrik dan abnormalitas tersebut? Bila jawabnya iya, maka motivasi yang diangkat dari kehadiran Anda didunia maya, jelas bukan persoalan menegakkan suatu masalah atas nilai benar atau salah, melainkan menginginkan perhatian berlebihan melalui tindakan yang berbeda.   

Di dunia yang terhubung secara online, maka individu yang eksentrik mendapatkan ruang tersendiri. Karena perilakunya yang tidak lazim, maka banyak orang yang terus akan berposisi menjadi haters, dan sang individu menikmati popularitas negatif hal tersebut. Orang perorang yang berperan seperti ini akan terus membentuk dirinya, sekaligus menebarkan pengaruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun