Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Peminat Jurnalisme dan Petualangan...

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menapaki Syekh Abdul Muhyi: Mendobrak Kegelapan untuk Pelita Islam di Priangan Timur

9 Maret 2025   22:26 Diperbarui: 9 Maret 2025   22:26 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menelusuri Gua Safarwadi ibarat menempuh kegelapan gua dunia menuju cahaya-Nya. (Sumber: Dokumen Pribadi) 

Malam baru saja larut dalam persemaiannya, dan adzan Isya mulai menggema di seantero penjuru desa Pamijahan, Bantarkalong, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat. Setelah melewati bentangan alam dan sawah yang gelap gulita, kini kami justru tiba di sisi sebuah desa yang benderang dengan cahaya lampu. Bukannya sepi, parkiran utama justru mulai dipenuhi mobil dan bis dari berbagai penjuru kota di Jawa Barat. Tak dinyana, kami sudah tiba di kawasan pemakaman seorang suci besar yang menjadi tonggak Islamisasi di Jawa Barat bagian selatan.

Hari itu, pada penghujung Januari 2025 dan Rajab 1446H, saya menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di Pamijahan. Nama daerah ini begitu santer di kalangan muslim di Jawa Barat. Di tempat inilah, sang syekh pernah hidup bersama keluarga dan para muridnya. Dan di tempat ini pulalah, jasad beliau disemayamkan 295 tahun silam setelah sekitar 40 tahun berdakwah kepada masyarakat di wilayah Sukapura, Jawa Barat.

Beliau adalah Syekh Abdul Muhyi. Tentunya, sebuah perjalanan panjang nan menantang hingga beliau menjejakkan kaki di Jawa Barat bagian selatan. Bahkan, sampai hari ini pun, wilayah ini masih tergolong terbelakang dengan akses yang relatif sulit dibandingkan wilayah lainnya di Jawa Barat.

Syekh Abdul Muhyi sendiri lahir di Kotapraja Mataram Islam pada tahun 1650 dari pasangan Sembah Lebe Wartakusumah dan Raden Ajeng Tangenijiah. Sang ayah merupakan bangsawan Sunda keturunan Raja Sunda-Galuh yang mengabdi sebagai penghulu di kerajaan Sumedang Larang sebagai utusan dari Mataram. Sedangkan sang ibu keturunan bangsawan Mataram Islam bernasab Sunan Giri I. Saat itu, Kesultanan Mataram dipimpin oleh Amangkurat I yang dikenal kontroversial karena melakukan perjanjian dengan Belanda serta melakukan pembunuhan massal terhadap enam ribu ulama di daerah Tapal Kuda yang berada di ujung timur Pulau Jawa.

Masa kecil dan remaja Syekh Abdul Muhyi dihabiskan di Kotapraja Mataram dan Pesantren Ampel Denta. Di pesantren ini pula, beliau banyak belajar tentang Islam sekaligus tata kelola pemerintahan. Untuk memperdalam keilmuannya, beliau pun memutuskan untuk berangkat ke Mekkah di semenanjung Arab pada usia 19 tahun. Namun, sebelum ke Mekah, beliau memutuskan untuk singgah dulu di Aceh dan berguru ke Syekh Abdul Rauf as-Singkil. Kala itu, Negeri Serambi Mekah tersebut menjadi salah satu pusat keilmuan Islam di Nusantara.

Syekh Abdul Rauf as-Singkil sendiri seorang ulama dan mursyid dari garis Thariqah Syathariyah. Pada momen ini, Syekh Abdul Muhyi menjalani laku sebagai Salik Thariqah Syathariyah sekaligus memperdalam ilmu agama yang dimiliki oleh gurunya, terutama ihwal tafsir dan fikih. Setelah enam tahun berguru, Abdul Muhyi pun melanjutkan perjalanannya ke Mekah dengan ditemani oleh sang guru. Di tengah perjalanan, keduanya berziarah ke makam Syekh Abdul Qadir al-Jailani di Irak. Beliau merupakan ulama Thasawuf sekaligus pendiri Thariqah Qadariyah.

Di Mekah dan Madinah, Syekh Abdul Muhyi muda berguru kepada Syekh Ibrahim al-Kurani dan Syekh Hasan al-Hajam. Keduanya merupakan ulama Thariqah Syathariyah yang tinggal di Arab. Di tempat ini pula, Syekh Abdul Muhyi mendapatkan pengalaman fana tentang gua yang harus ditemukannya di Nusantara.

Setelah sembilan tahun belajar di Mekah dan Madinah, Syekh Abdul Muhyi pun kembali ke Nusantara pada tahun 1679. Sebelum ke pulau Jawa, beliau singgah dulu ke Syekh Abdul Rauf as-Singkil di Aceh untuk memohon nasihat Sang Guru tentang rencananya untuk tinggal di Pulau Jawa. Dalam pertemuan ini pula, Syekh Abdul Rauf as-Singkil menunjukkan wilayah dakwahnya yang ditandai dengan pesan yang diterimanya di dalam fana tentang sebuah gua di pulau Jawa. Salah satu tanda keberadaan gua tersebut adalah tanaman padi yang hanya berbuah satu benih padi di setiap tanamannya.

Sesampainya di pulau Jawa, Syekh Abdul Muhyi memulai pencarian gua tersebut di wilayah Darma Kuningan. Di desa ini, beliau sempat mendirikan pesantren dan memiliki beberapa murid. Di tempat ini pula, orang tuanya memutuskan untuk tinggal bersama Syekh Abdul Muhyi. Setelahnya, beliau melanjutkan perjalanan ke Pameungpeuk di Garut Selatan. Di tempat ini, sang ayah wafat dan dimakamkan di tepi kali Cikahyangan di Garut Selatan.

Perjalanan Syekh Abdul Muhyi berlanjut hingga beliau dan keluarga serta muridnya tiba di Batu Wangi, lalu tinggal di Lebaksiuh selama empat tahun. Dari sini, beliau pun menemukan desa Pamijahan yang hasil tanaman padinya sesuai dengan gambaran yang disampaikan gurunya, Syekh Abdul Rauf as-Singkil. Di tempat ini pula, pada usia 40 tahun, Syekh Abdul Muhyi menemukan gua yang dilihatnya pada fananya ketika masih belajar di Mekah 12 tahun sebelumnya.

Syekh Abdul Muhyi menamai gua tersebut sebagai Safarwadi. Dalam bahasa Arab, kata Safarwadi terdiri dari dua kata, yaitu: Safar yang berarti perjalanan, dan Wadi yang berarti lembah. Safarwadi merupakan lembah hasil dari perjalanan spiritualnya hingga menemukan gua tersebut. Di gua ini, beliau mulai membangun pusat pendidikan Islam yang merujuk ke sistem pendidikan Pesantren Ampel Denta, Pesantren Giri, dan Dayah Syekh Abdul Rauf as-Singkil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun