Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perginya Empu Angklung Jawa Barat, Handiman Diratmasasmita

22 Oktober 2018   13:41 Diperbarui: 22 Oktober 2018   14:07 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Handiman Diratmasasmita (Foto: Anissa Trisdianty)

Masyarakat Angklung di Jawa Barat berduka. Untuk kesekian kalinya, mereka kehilangan lagi sosok empu Angklung tatar Pasundan. Kali ini, mereka harus melepas kepergian Handiman Diratmasasmita (79 tahun) pada Rabu, 26 September 2018 lalu. Pendiri Bale Angklung Bandung ini merupakan murid langsung Daeng Soetigna, Bapak Angklung Indonesia.

Persentuhan Handiman dan Daeng terjadi ketika keduanya berada di Sekolah Guru Atas (SGA) Satu Bandung. Kala itu, Handiman yang masih duduk di bangku sekolah, kerap mendampingi kelompok musik Angklung Pa Daeng untuk tampil di acara-acara besar, termasuk pembukaan PON V pada 1961.

Kesempatan tersebut membuat Handiman bisa belajar Angklung langsung dari Daeng, yang ketika itu masih aktif sebagai guru sekaligus PNS di lingkungan pendidikan di Jawa barat.

Setelah lulus dari SGA, Handiman mulai menapaki karirnya sebagai guru. Beliau mulai mengajar di SGA 2 Bandung pada 1962. Sama seperti gurunya Daeng Soetigna, ayah enam orang anak ini pun aktif mengajar angklung. 

Karena kecintaan dan dedikasinya terhadap alat musik tradisional masyarat Sunda tersebut, Handiman sampai diundang ke Negeri Persia untuk mengajar angklung di lingkungan kerajaan Iran.

Di tengah kesibukannya sebagai guru, pria kelahiran Garut bulan Juli 1939 ini menyempatkan waktunya untuk membuat angklung. Aktivitas paruh waktu yang digelutinya sejak 1972 ini, dikerjakan di rumahnya di bilangan Jalan Surapati, Bandung. Setelah pensiun sebagai guru pada 2001 silam, barulah mantan Kepala SMP BPI 2 Bandung ini mendedikasikan seluruh waktunya untuk membuat angklung. Sama seperti 30 tahun sebelumnya, aktivitas membuat angklung dilakukan di rumahnya. Bedanya, Handiman dibantu oleh beberapa pegawai untuk menyelesaikan pesanan angklung-angklungnya kini.

Tak perlu waktu lama, angklung Handiman mendapatkan tempat yang istimewa di kalangan penggiat dan penikmat angklung, baik di Bandung, Indonesia, bahkan Mancanegara. Pesanan angklungnya bahkan sudah tiba di Negeri Paman Sam. Satu yang mereka suka dari angklung buatan Handiman: kualitasnya. Selain bahannya kuat, nadanya pun presisi. Tak heran bila sebagian kalangan menilai angklung buah karya beliau adalah yang terbaik di Bandung, bahkan mungkin di Indonesia.

Barangkali, penilaian ini ada benarnya juga. Pasalnya, Handiman selalu mengusahakan yang terbaik untuk membuat angklung. Prinsip yang dipegangnya, bahwa antara badan angklung dan resonannya harus "berjodoh". Untuk itulah, secara hati-hati dan telaten, beliau selalu memilih bambu-bambu terbaik, sehingga bisa sesuai dengan nada yang diharapkan.

Dalam membuat Angklung, Handiman selalu memegang prinsip Wiraga, Wirama, dan Wirasa. Wiraga sendiri berarti angklung memiliki keseragaman fisik dan terbebas dari cacat. Sedangkan Wirama adalah kesesuaian dan keseragaman suara, nada, dan irama angklung. Adapun Wirasa merujuk pada pemain angklung yang mampu memainkan angklung dengan emosi lagu yang dibawakan.

Meskipun terbilang mudah, tetapi banyak produsen angklung yang mengabaikan prinsip-prinsip ini. Namun, Handiman tidak putus asa. Beliau terus mendorong pengrajin angklung agar membuat angklung yang berkualitas baik. Guna memperkuat usahanya ini, Handiman mendirikan Bale Angklung Bandung pada 2008.

Sesuai namanya, "Bale" yang merujuk kepada tempat berkumpulnya masyarakat, Handiman berharap lembaganya ini mampu menjadi tempat berkumpulnya generasi-generasi muda Indonesia yang ingin belajar dan menjaga angklung. Harapan ini semakin menguat tatkala beliau mendapatkan penghargaan dari negara tetangga atas dedikasinya melestarikan angklung. Bahkan, negara tetangga juga mengundang Handiman untuk tinggal dan mengajar angklung di sana. "Saya tidak mau (tinggal di negara tetangga), karena saya cinta Indonesia," ungkap Handiman, ketika saya bertemu pertama kali dengan beliau tiga tahun yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun