Mohon tunggu...
Yudha Priyono
Yudha Priyono Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Menengah Kejuruan

Guru Bahasa Inggris SMK Negeri 1 Warungasem Batang Jawa Tengah, menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berani, Dimulai Dari Keluarga

15 Juli 2020   09:38 Diperbarui: 15 Juli 2020   09:36 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berani merupakan salah satu sifat alamiah manusia. Keberanian akan menentukan arah hidup seseorang. Keberanian negatif akan menuju kehancuran seseorang sedangkan keberanian positif akan menuju kepada keberhasilan.

Keberanian menjadi salah satu penentu dari kesuksesan seseorang. Sebagai contoh seorang yang ingin mahir berenang tidak akan bisa berenang jika tidak berani turun ke air, ilmuwan tidak akan bisa membuktikan teori teorinya jika tidak berani melakukan eksperimen,  dan pengusaha tidak akan sukses jika tidak berani segera menjalankan usahanya. Di masa pendemi covid 19 ini, berani diartikan sebagi teguh dalam menjalankan anjuran yang disampaikan pemerintah dalam hal menjaga jarak dengan orang lain, rajin cuci tangan, memakai masker jika bepergian dan menjaga imunitas tubuh. . Dalam satu komunitas yang tertib dengan anjuran tersebut, hal itu tidak masalah. Tetapi jika berdomisili di suatu wilayah yang komunitasnya tidak terlalu taat, butuh keberanian untuk tampil beda, berani mengabaikan suara suara orang yang tidak patuh dengan anjuran pemerintah.

 Berani muncul karena beberapa hal; terdesak, pengaruh lingkungan dan pengaruh keluarga. Sifat terdesak ibaratnya seperti hewan yang jika terdesak atau kepepet, akan muncul sifat beraninya. Situasi yang tidak memberikan pilihan lain bagi seseroang akan menimbulkan keberanian. Misalanya seorang kepala keluarga yang terkena PHK dari perusahaan tempatnya bekerja, sementara dirumah anak dan istrinya butuh makan, dia akan kepepet untuk mencari pekerjaan apapun supaya dapat penghasilan. Selain itu lingkungan sosial sesorang akan mempengaruhi keberanian seseorang. Jika secara individu seseorang tidak berani melakukan sesuatu, dengan bersama sama keberanian seseorang akan muncul contohnya adalah demonstrasi, aksi massa dan lainya. Selain itu dalam suatu lingkungan, keberanian akan muncul sebagai bukti bahwa sesorang sama dengan lainya atau tidak mau dianggap remeh.

 Sosial dapat berupa pendidikan formal dan informal. Pendidikan informal dapat berupa keluarga dan lingkungan sedangkan pendidikan formal berupa sekolah baik dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Pendidikan formal menjadi salah satu wadah untuk mendidik mental siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, menyuruh siswa untuk tampil ke depan, bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapat adalah pendidikan mental. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler juga membentuk mental siswa untuk berani mengaktualisasi dirinya.

Mental pemberani terbentuk dari keluarga yang mengajarkanya. Mental pemberani yang terbentuk dari keluarga akan lebih mendarah daging dan bertahan lama daripada pengaruh lingkungan atau kondisi terpaksa. Oleh karena itu, sangat penting bagi keluarga terutama orang tua untuk membentuk mental pemberani dari seorang anak. Mengajarkan anak untuk berani mngemukakan pendapat, berani untuk berkompetisi dengan yang lainya sangat penting untuk melatih sikap tersebut. Selain itu, selau meberi feedback yang positif terhadap anak juga tidak kalah penting. Keluarga yang harmonis juga akan berpengaruh terhadap mental anak.

Keluarga yang tidak harmonis akan berpengaruh pada mental anak. Perceraian, kekerasan dalam rumah tangga akan membuat jiwa anak tertekan. Kondisi tersebut akan terbawa bahkan ketika anak itu telah dewasa. Keraguan atau tidak berani mengambil sikap akan selalu terbawa. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyadari hal ini. Menjaga mental anak sangat penting untuk perkembangan jiwa anak tersebut. Memang anak bisa belajar dari lingkungan, tetapi itu butuh waktu dan hasilnya tidak akan maksimal dibandingkan jika sedari dini mereka telah dilatih atau terlatih mentalnya di dalam keluarga yang harmonis.

Walaupun mental dapat dididik di lingkungan fornal, tetapi peran keluarga dalam mendidik pondasi mental anak tetap tidak tergantikan. Anak yang mentalnya terbentuk dari keluarga akan lebih siap dan berani dalam bertindak. Sedangkan yang tidak terbentuk mentalnya dari keluarga, penyesuaianya akan lebih sulit. Anak akan selalu ragu ragu dalam menganbil suatu tindakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun