Mohon tunggu...
dr. Ayu Deni Pramita
dr. Ayu Deni Pramita Mohon Tunggu... Dokter - Suka menulis tentang kesehatan, investasi dan budaya

Seorang dokter sederhana berasal dari Bali yang ingin berbagi ilmu dan pengalaman melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Toxic Positivity: Memaksakan Berpikir Positif yang Berdampak Emosi Negatif

17 Oktober 2020   06:03 Diperbarui: 29 Juli 2021   06:58 4084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pura-pura bahagia dan selalu berpikir positif disebut toxic positivity yang bisa mengganggu kesehatan mental.| Sumber: Thinkstock via health.grid.id

Jika ini berlanjut akan memicu stres dan gangguan psikis disertai gangguan fisik (psikosomatis). Tidak baik memendam emosi yang menumpuk karena akan berpengaruh kesehatan mentalnya.

Saat merasa sedih, kecewa, marah, perasaan ini tidak diluapkan dan memaksakan untuk berpikir positif dan menampilkan bahwa tidak terjadi apa-apa, sebenarnya ada perasaan menyalahkan diri sendiri karena tidak sesuai ekspektasinya. Sehingga akan memperburuk perasaan negatif dalam diri.

Empati yang dibutuhkan bukan "positivity" yang toksik

Kata penyemangat yang memotivasi memang membantu dalam memulihkan perasaan yang akan menyerah, namun tidak semua kata-kata positif mengobati perasaan negatif dikala menghadapi pengalaman hidup yang mengecewakan. 

Apalagi disaat menghadapi kekecewaan terberat, kegagalan berulang kali, mendengar kalimat ini "Hidup harus disyukuri, tidak boleh patah semangat. Pasti nantinya kamu berhasil..." kata-kata yang memotivasi tapi bisa juga menorehkan luka, hati yang tidak puas. 

Tidak semua orang butuh nasihat yang positif, namun yang paling dibutuhkan adalah empati.

Ilustrasi: Kalibrr Indonesia
Ilustrasi: Kalibrr Indonesia

Ada beberapa tips agar kita tidak menjadi "toxic positivity" bagi orang lain:

1. Menghargai perasaan yang dirasakan orang lain

Berikan ruang bagi orang yang ingin mencurahkan perasaannya dan menceritakan permasalahannya. Tidak baik menyela ataupun langsung menilai masalah yang ia hadapi. Tunjukkan rasa empati bukan langsung menilai seseorang dan memberi nasihat tanpa memahami masalah yang dihadapi sebenarnya.

2. Setiap orang memiliki kekuatan mental yang tidak sama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun