Mohon tunggu...
dr. Ayu Deni Pramita
dr. Ayu Deni Pramita Mohon Tunggu... Dokter - Suka menulis tentang kesehatan, investasi dan budaya

Seorang dokter sederhana berasal dari Bali yang ingin berbagi ilmu dan pengalaman melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kenali "Happy Hypoxia", Silent Killer Covid-19

12 September 2020   22:19 Diperbarui: 13 September 2020   08:23 2122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Happy Hypoxia| Sumber: KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo

Kasus Covid-19 yang masih meningkat tiap harinya di Indonesia hingga membuat resah masyarakat. Adapun sebuah fakta baru terkait gejala Covid-19 yaitu gejala Happy hypoxia yang merupakan dugaan penyebab meninggalnya pasien Covid-19 tanpa menunjukkan gejala gangguan pernapasan dan mampu beraktivitas normal.

Happy hypoxia atau silent hypoxia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah tanpa disertai keluhan gangguan pernapasan seperti sesak napas. 

Normalnya kadar oksigen dalam tubuh 95-100%, jika dibawah 90% itu sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Dalam beberapa kasus kondisi pasien tidak mengalami keluhan pernapasan bahkan bisa melakukan aktivitas normal seperti biasanya walaupun saat dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen rendah.

Pada umumnya seseorang yang mengalami "hypoxemia" cenderung mengalami sesak napas, napas pendek, denyut nadi cepat hingga pingsan. Saat kadar oksigen dalam darah menurun (hypoxia) akan merusak semua organ seperti otak, ginjal, dan organ lainnya. 

Otak adalah organ yang paling manja dengan kebutuhan oksigen karena paling banyak membutuhkan oksigen. Sel otak mati hanya butuh waktu lima menit saja jika tidak ada pasokan oksigen yang mendistribusikan ke jaringan otak kemudian menyebabkan koma atau kematian.

Mengapa Happy Hypoxia terjadi pada Covid-19?

Sampai sekarang belum ditemukan penyebab pasti gejala happy hypoxia pada Covid-19. Namun, menurut beberapa penelitian menyebutkan penurunan kadar oksigen dalam darah pasien Covid-19 disebabkan oleh beberapa hal yaitu radang paru-paru, bekuan darah yang menyumbat di pembuluh darah pada paru, virus yang menyerang pada sistem saraf, dan meningkatnya level heme serum (bagian dari hemoglobin) oleh infeksi Covid-19 kemudian timbul peradangan dan kematian sel.

Ilustrasi; Shutterstock
Ilustrasi; Shutterstock

Bagaimana cara mengenal happy hypoxia pada Covid-19?

Happy hypoxia bukanlah gejala khas Covid-19 melainkan gejala ini ditemukan juga pada penyakit paru (atelektasis) dan jantung seperti right to left intracardiac shunt. 

Selain itu, alat pulse oximeter dapat membantu dalam pengukuran kadar oksigen darah. Saturasi oksigen normalnya 95-100% dan jika menunjukan angka di bawah 90% segera dibawa ke rumah sakit. 

Pulse oximeter direkomendasikan untuk di rumah tapi tidak wajib. Selain penggunaan alat pulse oximeter, bisa kenali dengan beberapa tanda yang mungkin menunjukkan happy hypoxia misalnya pasien tidak mengalami sesak napas namun ditandai bibir dan jari-jari tangan kebiruan atau tubuhnya lemah.

Cara penggunaan pulse oximeter dengan menempelkan (dijepit) pada jari telunjuk tanpa menggunakan nail polish dan dilakukan saat istirahat, napas tenang dalam ruangan. Bisa dilakukan 2-3 kali sehari. 

Akan tetapi, tidak semua pulse oximeter yang dijual bebas sesuai standar lulus sertifikasi ISO (International Standard Organization) dan SNI (Standar Nasional Indonesia). 

Sertifikat dan label ISO-SNI tidak akan diberikan jika belum memenuhi standar. Tidak disarankan menggunakan pulse oximeter smartphone karena akurasinya kurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun