Pergunjingan karena alasan ini tidak lagi mempertimbangkan fakta yang berat sebelah atau informasi yang timpang, boro-boro mikirin versi both side cover-nya, kalau bisa bahkan ditambahi berbagai bumbu dari garam sampai merica supaya lebih keluar rasa sensasinya. Semakin heboh, semakin lupa masalah sendiri.
Begitulah obrolan singkat kita tentang pergunjingan kali ini.
Sekali lagi tulisan ini dibuat bukan dalam rangka menghakimi. Mengutip artikel dari kompasianer Rudy Subagio, bahwasanya kita semua adalah orang-orang yang berutang, jadi apalah hak kita menghakimi sesama? Oleh sebab itu, tulisan ini ditujukan sebagai sarana untuk mawas diri dan relaksasi.
Mawas diri supaya kita sebisa mungkin tidak kepleset atau dengan sengaja menjerumuskan diri dalam lembah pergunjingan, yang sekarang tidak lagi identik dengan ibu-ibu seperti di gambar ilustrasi, tapi juga bapak-bapak, kakek-nenek, remaja, pemuda dan siapa saja yang senang ngobrolin si gunjing dengan dua jempolnya.
Relaks saja ketika ada yang menggunjingkan kita baik di dunia nyata maupun maya, apalagi kalau gunjingannya hanya didasarkan pada cerita satu sisi saja. Selama kita juga tidak menyalahi norma dan etika serta tidak mengganggu ketertiban umum, tidak perlu risau.
"Betjik ketitik, ala ketara,"Â begitu kata orang Jawa. Lagipula, masih ada kompasiana yang mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ignore the noise, focus on HIS voice!
Selamat menikmati hari Sabtu yang ceria dengan penuh sukacita bersama siapapun yang sudah seharusnya dekat di hati kita.