Mohon tunggu...
Yuana Palupi
Yuana Palupi Mohon Tunggu... Mahasiswa - 00s

:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Evaluasi Konten untuk Iklim Media Sosial Indonesia Lebih Sehat

23 Juni 2021   23:27 Diperbarui: 23 Juni 2021   23:41 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/@shyammishra94

Pernah dengar istilah mempertahankan itu lebih berat daripada memulai? Well, walaupun kenyataannya keduanya mempunyai makna tersendiri bagi masing masing orang. Namun, pada kenyataannya setelah memulai akan banyak persaingan yang muncul,disinilah kita dihadapkan untuk bertahan. 

Tak terkecuali dalam membuat konten untuk konsumsi publik yang sifatnya terbuka dan bebas diakses oleh siapapun. Konten yang termasuk dalam cara berkomunikasi di media sosial sekarang banyak digunakan dari sharing ilmu, penyalur hobi bahkan sampai membangun personal branding.

Konten sekarang juga banyak digunakan dalam perusahaan sebagai digital marketing atau pemasaran. Organisasi kampus pun juga tak mau kalah akan pembuatan konten yang utamanya memberikan informasi bagi mahasiswa. 

Komunitas baik profit dan non-profit juga sekarang membuat konten untuk mengedukasi audiensnya. Sekilas, mengelola konten untuk publik di media sosial terlihat mudah hanya upload-upload saja, hmmm padahal kenyataan dibalik layar ga mudah lho!

Ditengah munculnya banyak konten kreator, pastilah kita juga membutuhkan effort untuk menarik target audiens supaya mengunjungi konten kita. Konten bisa berbentuk gambar/visual diam atau gambar bergerak (video) tergantung media sosial mana yang akan kita pergunakan dalam memposting konten. 

Konten kreator berlomba-lomba membuat ide konten yang menarik dan khas agar bisa dilirik oleh audiens dan khas/identitas bisa diingat oleh audiens. Saat kita membuat konten, adakalanya kita mendapatkan kritik dari audiens baik yang dengan kalimat yang membangun maupun sebaliknya. Nah, jika sudah menjadi konten kreator, evaluasi ditengah eksistensi perlu diperhatikan. Lalu bagaimana caranya mengevaluasi konten?

  • Pilih topik edukatif dan memberikan solusi
    Jika menyajikan konten yang edukatif dan memberikan solusi, disinilah audiens merasa terbantu akan konten yang sudah dibuat oleh konten kreator. Caranya bagaimana agar mengetahui kebutuhan dan memberikan solusi? Jawabannya adalaha Riset. Dengan riset, kita bisa mengetahui apa yang dibutuhkan oleh audiens kita, tapi ingat harus sesuai dengan target audiens kita.
  • Design yang menarik
    Tak dipungkiri, sekarang banyak orang tertipu dengan headline berita yang click bait. Nah, dari sini kita bisa memilih design yang menarik perhatian dengan memperhatikan elemen, layout, pemilihan warna, tipografi design yang ada agar tidak terkesan berantakan. Contohnya pada saat kita membuat feeds Instagram Carousel, dimana cover atau halaman depan sangat penting karena untuk audiens mampir ke konten kita, misal menggunakan ukuran font yang besar, warna yang kontras, serta ilustrasi yang menarik.
  • Amati perkembangan tren sosial media
    Ini juga merupakan bagian dari pemilihan topik. Topik yang sedang tren akan mendatangkan audiens yang banyak, karena hal yang mereka cari seharusnya ada di media sosial. Contohnya, pada waktu lalu salah satu boy group Korea Selatan yaitu BTS melakukan kolaborasi pada menu McDonald's yaitu BTS Meal. Kolaborasi BTS dan McDonald's ini bisa dijadikan topik untuk konten, misal untuk konten gizi, bisa dengan "Berapa Kalori pada BTS Meal?", lalu untuk konten memasak, bisa meremake BTS Meal ini dengan cara memasak sendiri dengan memberi resep pada audiens untuk memasak menu pada BTS Meal ini.
  • Membuat konten bervariasi
    Manusia gampang bosan bukan?, nah sama dengan penyajian konten, konten kreator diharuskan membuat konten yang bervariasi yang enggak itu-itu saja, hal ini agar audiens tidak bosan dengan konten yang disajikan. Aplikasikan Fungsi Komunikasi,yaitu menghibur. Memberikan hiburan/kesenangan sehingga publik memperoleh selingan dari kejenuhan.Misalnya intermezzo dengan membuat games, QnA/ tanya jawab ringan. Dengan membuat konten yang menghibur, bisa menjadi faktor audiens tetap mengikuti konten lain yang akan disajikan selanjutnya.
  • Terbuka akan saran dan kritik
    Banyaknya kuantitas publik yang mengakses konten, tentu menciptakan pandangan yang berbeda. Mau tak mau sudah siap dengan komentar publik. Sudah seharusnya konten kreator terbuka akan saran dan kritik mengingat konten merupakan cara berkomunikasi, dan komunikasi salah satunya bersifat irreversible, yaitu implikasi dari komunikasi sebagai proses yang tidak dapat diubah , sekali mengirimkan pesan, kita tidak dapat mengendalikan pengaruh bagi publik, apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali.
  • Mengevaluasi dari feedback yang diberikan oleh audiens
    Namanya juga bagian dari komunikasi, feedback merupakan unsur penting komunikasi, karena dengan adanya feedback atau umpan balik yaitu dengan jawaban audiens atas konten yang telah terpublikasi lewat komentar di akun media sosial, bisa menjadikan tersebut pembangun akan konten kita yang selanjutnya. Evaluasi sangatlah penting, karena artinya kita merasa dijadikan mentor atau acuan bagi audiens dalam memecahkan masalah.

Maka dari itu, konten kreator diharapkan menjadi tonggak untuk iklim media sosial yang baik untuk kedepannya. Dengan penjabaran diatas, diharapkan konten kreator memberikan hasil terbaiknya pada publik agar ilmu yang disampaikan lewat konten bisa tersampaikan lebih luas lagi. Apabila banyak audiens terbantu dengan konten yang konten kreator buat, ini bagaikan simbiosis mutualisme, audiens mendapatkan solusi dari konten tersebut, dan konten kreator merasa dirinya bermanfaat untuk orang lain, karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bukan?

Ngomong-ngomong tentang pembuatan konten, saya juga mau bercerita sedikit tentang pengalaman saya menjadi konten kreator di salah satu komunitas yang bergerak pada bidang sosial di Kota Yogyakarta, yaaa walaupun saya hanya sebagai desain grafis, namun saya mengetahui bagaimana konten itu dievaluasi. Jadi ada bagian Content Writer yang memiliki jobdesk untuk menuliskan materi konten apa yang akan dibuat. 

Lalu materi tersebut di visualkan oleh bagian Design Grafis untuk dipublikasikan, mengingat media sosial yang digunakan adalah Instagram. Nah, konten yang siap dipublikasikan di posting bagian Admin. Bisa dibilang Admin adalah penyampai pesan antara internal konten kreator dengan publik. Di mulai disinilah kritik dan saran untuk konten dari segi desain, caption, isi konten kedepannya bisa diperbaiki lewat evaluasi.

Terakhir, dengan hal ini, harapan untuk terciptanya konten yang baik, konten kreator semakin inovatif dan kreatif untuk menciptakan konten yang edukatif serta memberikan solusi dan menambah informasi/pengetahuan audiens. Semoga tulisan saya ini bermanfaat untuk pembaca. Mohon maaf apabila terdapat salah dan terlewat dalam penulisan penyusunan didalam artikel ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun