Beauty Vlogger dengan Gaya Simpel Pernikahannya

Beauty vlogger merupakan wanita yang membuat video di channel youtube pribadinya yang membahas mengenai kecantikan, misalnya tutorial make up, tutorial hijab, ulasan atau review suatu produk kecantikan, dan lain-lain. Tentunya beauty vlogger ini telah memiliki banyak subcriber atau pengikut.

Pada umumnya pernikahan diadakan dengan pesta apalagi pernikahan beauty vlogger dan pasangan pengantin biasanya menggunakan jas dan  gaun nan anggun. Dan fakta yang terjadi ini berbeda dengan beauty vloger Suhay Salim yang memilih untuk menikah di KUA dan menggunakan pakaian yang simpel yaitu memakai blazer dan celana jeans pada tanggal 2 Desember 2018. Dan ini menjadi sorotan publik di berbagai kalangan juga diberbagai media.

Ini merupakan perbedaan 180 derajat personal branding beauty vlogger Suhay Salim dengan konsep pernikahan yang dibuatnya. Ketika di sosial media Suhay Salim menjadi beauty vlogger dan khalayak digunakan sebagai kekuatan sekaligus sasaran untuk memasarkan secara luas barang-barang produksi atau jasa yang dijalankan. Berbeda ketika didunia nyata.

Dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial memang berhak untuk menentukan konsep pernikahan seperti apa yang dipilihnya.

Ketika viral foto pernikahan ini setelah Suhay Salim menguploadnya di story salah satu sosial medianya yaitu Instagram banyaklah media yang melirik story Suhay Salim dan dijadikan topik pembicaraan di media. Dan ini bisa disebut dengan Framing. 

Mohon maaf disini saya tidak mengupload foto pernikahan Suhay Salim karena beauty vlogger tersebut menguploadnya di story Instagram pada tahun 2018 dan story Instagram hanya bertahan 24 jam tetapi foto tersebut sudah beredar dimedia online.

Bersumber dari situs jurnal didalam analisi framing ada beberapa model yang dapat digunakan. Pertama, framing model Edelman Murray, yang mensejajarkan framing sebagai kategorisasi. Kedua, framing model Robert N. Entman yang digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek terntentu dari realitas oleh media. 

Dalam hal ini, gambar visual seperti fotografi merupakan instrumen framing yang ideal. Ketiga, framing model William A. Gamson yang menguraikan framing memiliki fungsi untuk menghubungkan wacana yang ada di media dengan pendapat umum yang sedang berkembang mengenai suatu peristiwa yang terjadi.

Dan yang terakhir yaitu model framing keempat, Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Framing diartikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Penonjolan atau penekanan dilakukan agar suatu pesan lebih bermakna dan mudah dipahami oleh khalayak atau publik. Berdasarkan model analisis Pan dan Kosicki, menurut Pan dan Kosicki ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan atau berasosiasi. Pertama, dalam konsepsi psikologis. Kedua, konsepsi sosiologi.

Eriyanto (2009:3) mengemukakan bahwa Framing melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media. Sebagai halnya wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada publik. Konsep dari komunikasi yakni proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan yang tidak hanya dilakukan secara lisan dan tertulis melainkan melalui bahasa tubuh, atau gaya atau tampilan pribadi, ataupun hal lain disekelilingnya yang memperjelas makna (kegunaannya).

Pada kesimpulannya ketika terkenal apapun yang diposting akan dilihat oleh banyak orang, dan tentunya perlu adanya seleksi dalam memposting. Bisa jadi gaya pernikahan Suhay Salim ini menjadi inspirasi bagi pengikutnya atau fansnya di media sosial. Suhay Salim menggunakan gaya pernikahan seperti ini pasti ada alasannya ditulisnya dalam story di media sosialnya yaitu karena dia berpikir rasional.