Mohon tunggu...
Yan Provinta Laksana
Yan Provinta Laksana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

titik kesetimbangan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengapa LPG bukan LNG?

10 Mei 2011   11:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:52 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus meledaknya tabung LPG belakangan ini seharusnya menjadikan pemerintah mengevaluasi kembali penggunaan LPG sebagai salah satu alternatif bahan bakar. Kondisi keamanan tabung serta distribusi yang belum merata menjadi salah satu kendala konversi minyak tanah kepada LPG yang dinilai lebih hemat dan lebih mudah. Namun harus diingat LPG juga bukan sumber bahan bakar yang berkelanjutan seperti hal-nya minyak bumi, karena pada dasarnya LPG juga berasal dari sumber yang sama hanya saja berbentuk gas. Namun hingga saat ini pemerintah masih belum berminat mengembangkan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan gas alam (LNG) padahal dari segi jaminan pasokan dan kemudahan distribusi jika jaringan pipanisasi gas sudah terbangun maka harga gas alam (LNG) akan lebih murah jika dibandingkan penggunaan LPG tabung. Penggunaan tabung selain harus memiliki standard keamanan yang bagus, biaya perawatan serta pengangkutan juga menjadi pertimbangan dalam menentukan harga LPG sedangkan jika distribusi gas alam dengan pipa maka masyarakat cukup membayar biaya pemasangan dan penggunaan sedangkan biaya perawatan pipa akan dihitung setiap masa penggantian atau perbaikan pipa rusak. Mengapa LPG? Seperti diketahui secara kimia LPG adalah campuran gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) dengan perbandingan tertentu umumnya 95% propana dan 5% butana, propana memiliki perbandingan cukup besar karena  nilai bakar-nya yang tinggi sedangkan butana dicampurkan supaya sifat gas LPG lebih berat daripada udara jika kandungan butana terlalu besar maka akan mengurangi nilai bakar LPG dan menjadikan penggunaan LPG lebih boros namun jika butana terlampau sedikit maka LPG akan lebih mudah menguap dan jika terjadi kebocoran tabung gas akan segera mengakibatkan ledakan. LPG merupakan gas yang keluar dari hasil proses penyulingan minyak bumi dan gas inilah yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar untuk alat transportasi dan kebutuhan rumah tangga. Pada suhu dan tekanan ruangan LPG berbentuk uap jenuh yaitu campuran antara liquid dan gas, jika terlepas ke udara LPG bisa menjadi uap namun ada sebagian kecil yang mengembun selain itu LPG merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau sehingga demi keamanan diberi campuran bau-bauan untuk indikasi kebocoran. LPG lebih mudah dicairkan dan disimpan dalam tabung, mengapa demikian? Titik didih LPG rata-rata adalah-42 derajat C sedangkan suhu tabung penyimpan umumnya 30-32 derajat Celcius dan tekanan dalam tabung 850 kPa. Tekanan dalam tabung yang dijaga konstan inilah yang menyebabkan titik didih LPG naik sehingga campuran gas dan liquid didalamnya tidak mudah terbakar. Dengan tekanan sebesar 850 kPa tersebut material serta ketebalan tabung lebih mudah didesain dibandingkan dengan gas alam yang membutuhkan suhu lebih rendah untuk pembentukan liquid serta tangki penyimpan dengan ketebalan lebih besar. Bagaimana dengan gas alam atau LNG? Gas alam yang dicairkan atau biasa disebut LNG berbeda sifat dan karakteristiknya dengan LPG. LNG terdiri dari methana (CH4) dan pada suhu serta tekanan ruangan berbentuk gas seperti halnya propana yang tidak berwarna dan tidak berbau. Namun methana ini lebih sulit untuk dicairkan karena titik didihnya mencapai -161 derajat Celcius. Oleh karena itu pencairan dengan suhu sampai minus 161 derajat Celcius membutuhkan biaya yang cukup besar jika dibandingkan dengan LPG yang bisa dicairkan dalam rentang suhu 60-80 derajat Celcius. LNG juga memiliki nilai bakar yang lebih rendah 38 MJ/meter kubik dibandingkan LPG sebesar 95MJ/meter kubik. Namun kelebihan gas alam adalah sumbernya saat ini lebih banyak dibandingkan LPG karena gas alam adalah gas yang tidak terikat dengan minyak bumi. Gas alam memiliki tersendiri dan pengeborannya tidak serumit LPG yang berasal dari minyak bumi. Gas alam ini bisa juga digunakan untuk kebutuhan rumah tangga namun tidak bisa menggunakan tabung biasa seperti halnya LPG karena menjaga kondisi tabung dalam suhu minus 161 derajat Celcius membutuhkan material yang lebih mahal dan insulasi yang lebih banyak oleh karena itu gas alam akan lebih bagus jika disalurkan dengan jalur perpipaan. Gas alam hanya akan dicairkan jika akan didistribusikan ke wilayah-wilayah dimana tidak bisa dibangun jaringan perpipaan seperti distribusi antar pulau atau antar negara yang dibatasi samudera. Bagaimana dengan pengembangan jaringan distribusi di Indonesia? Sayangnya hingga kini pembangunan jaringan pipanisasi gas alam di Indonesia belum banyak dibangun, termasuk pembangunan gasifikasi LNG di pulau-pulau yang tidak bisa terjangkau oleh pipa LNG. Indonesia termasuk negara nomor 9 sebagai penghasil gas alam terbesar di dunia dengan cadangan terbukti 97,8 trilyun meter cubic namun kebutuhan gas alam tersebut lebih banyak diekspor ke negara lain seperti Jepang dan Korea serta China sedangkan kebutuhan dalam negeri sendiri masih kurang diperhatikan.

Dari grafik diatas maka dapat dilihat bahwa produksi LNG di Indonesia makin meningkat seiring dengan konsumsi namun juga diikuti dengan angka ekspor. Padahal di dalam negeri kebutuhan gas alam makin meningkat setelah harga minyak dunia naik sehingga banyak industri dan pembangkit listrik di Indonesia membutuhkan pasokan gas alam untuk kelangsungan produksinya. Kendala yang terbesar saat ini adalah kurangnya jaringan infrastruktur (perpipaan,stasiun gasifikasi,pengukuran) di Indonesia serta masih adanya capaian target ekspor migas oleh pemerintah guna memenuhi APBN. Diharapkan dengan semakin langka dan mahalnya harga minyak dunia pemerintah mulai beralih kepada gas alam dan fokus dalam pembangunan jaringan distribusi di seluruh wilayah Indonesia mengingat cadangan gas alam Indonesia yang suatu saat juga akan habis dan perlu pengembangan lagi dari sumber lain seperti CBM atau biogas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun