Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kucingku: Hilang Satu, Datang yang Baru!

14 November 2021   20:23 Diperbarui: 14 November 2021   20:34 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Awalnya aku hanya sering melihat kucing kecil ini di warung makan langganan depan perumahan. Semakin hari, kucing kecil dengan warna merah, putih dan abu-abu itu semakin dekat denganku. 

Setiap aku datang, duduk mengantri dilayani, pastinya dia langsung menempel dan menggosok-gosok tubuhnya ke kakiku. Seperti hendak mengajak ngobrol, hai ini aku, beri aku makan, tuan!

Memang, sudah terbiasa, kalau aku beli tempe goreng misalnya, pasti aku tambah satu, tambahan ini khusus buat kucing kecil itu. Aku cuil-cuil, membentuk potongan kecil-kecil dan kutaruh di wadah makan dia yang sudah disediakan pemilik warung. 

Ada sekitar satu bulan, aku mempunyai kebiasaan aneh ini. Akhirnya sang empunya warung mengetahui kebiasaan saya yang sayang kucing. Ternyata, dia tidak marah! Lebih bersyukur lagi, akhirnya kucing kecil boleh aku bawa pulang.

Ada tantangan tersendiri sesampai di rumah, karena istri dan anak tidak suka hewan mungil ini, maka aku harus repot membuatkan kotak untuknya. Istri yang cerewet kalau kucing kecil suka buang kotoran sembarangan. Aku yang mengalah, bakal melatih si Belang, nama baru kucing mungil ini.

Banyak perkembangan si Belang ini. Sekarang lebih menurut, baru dipanggil sekali: "Belang!", langsung menghambur ke pangkuanku.

Menu makan si Belang, kucing persilangan  antara Anggora dan kucing kampung, aku latih bervariasi. Dari pakan instan, ikan segar, tempe, tahu dan bahkan krupuk aku berikan.  Namun, kebahagiaanku hanya berlangsung 3 bulan.

Suatu pagi setelah aku jogging, kudapati Si Belang terbaring lemas di teras dengan bibir membiru dan mengeluarkan busa. Masyaallah, Si Belang keracunan! Entah apa penyebabnya, aku tidak terlalu memusingkan, yang ada di otak adalah secepatnya memberikan obat penawar. 

Di otakku langsung terlintas: kelapa atau degan! Karena wilayah perumahannku hanya berbatasan tembok dengan warga kampung yang banyak menanam pohon kelapa, aku tinggal memutar keluar tembok, membeli kelapa ke warga kampung.

Bersyukur, setelah tiga kali dalam sehari itu aku minumkan air kelapa, berangsur si Belang pulih. Sudah kembali napsu makannya yang lahap itu. Kembali aku dibuat kaget, keesokkan harinya si Belang terbaring lemas. Masa jatuh sakit lagi? Tak kulihat bibir membirunya, berarti tidak keracunan. 

Aku cek sekali lagi, badannya panas. Kugendong badannya yang terlihat agak kurus, kutaruh di dalam keranjang lengkap dengan makanan dan minumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun