Mohon tunggu...
Zefan Golo
Zefan Golo Mohon Tunggu... Lecturer Public Health & Hospital Management -

With heart to God n hand to man

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Djawa Adalah Koentji(nya) Jokowi

10 Agustus 2018   12:19 Diperbarui: 10 Agustus 2018   12:53 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Djawa adalah koentji" (Jawa adalah kunci) merupakan kalimat yang diucapkan dengan tegas oleh almarhum Syuba Asa ketika berperan sebagai tokoh PKI Dina Nusantara Aidit dalam film Pengkhianatan G30S/PKI (1984). Kalimat yang singkat ini bukan tanpa makna, tapi sarat makna karena kalimat ini memiliki arti secara sederhana bahwa untuk menguasai Indonesia harus lebih dulu menguasai pulau Jawa.

Prof. Yusril Ihsa Mahendra pernah menyatakan bahwa dalam pemilihan presiden (pilpres), "kampanye cukup di enam provinsi : Banten, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, Jabar dan Yogjakarta". Menang di pulau Jawa sudah cukup untuk memenangkan 65% suara pemilih. Apa yang dikatakan oleh Prof. Yusril ini memang merupakan kenyataan bahwa mayoritas pemilih tinggal di pulau jawa.

Menurut saya, kemenangan Khofifah di pilkada Jatim, kemenangan Ganjar Pranowo di Jateng dan kemenangan Ridwan Kamil di pilkada Jabar sudah cukup membuat Jokowi yakin bahwa peluang kemenangan di pulau Jawa sudah sangat terbuka. Apalagi dipilihnya KH. Ma'ruf Amin yang lahir di Banten (Tanggerang) sebagai cawapres Jokowi, semakin menunjukkan bahwa menguasai Jawa akan menjadi kunci kemenangannya.

Aksi #2019gantipresiden dari pengamatan saya sepertinya lebih banyak direspon di daerah Jawa, oleh karena itu memang Jokowi sudah seharusnya memusatkan kemenangannya di pulau Jawa.

Jokowi bukan menganggap bahwa pemilih di luar jawa tidaklah penting, tapi menurut saya, Jokowi sepertinya sudah yakin bahwa dengan kerja-kerja yang selama ini telah dia (pemerintah) lakukan di luar Jawa akan membuat pemilih (masyarakat) di luar Jawa yakin dengan kepemimpinan dan kemampuan Jokowi sebagai seorang presiden. Jokowi bisa jadi ketika kampanye atau debat nantinya tinggal memaparkan apa-apa saja yang sudah dikerjakannya di luar pulau Jawa.

Seringnya Jokowi berkunjung ke wilayah timur Indonesia, serta memberikan perhatian yang lebih di wilayah-wilayah perbatasan indonesia, membuat jokowi mungkin menganggap tidak penting lagi untuk memilih tokoh dari luar Jawa (khususnya Indonesia Timur), untuk tujuan menarik pemilih dari luar pulau jawa. Sejauh ini saya juga melihat Jokowi sudah melakukan hal yang penting untuk menarik perhatian masyarakat di luar Jawa dengan merangkul tokoh atau pemimpin-pemimpin daerah yang berpengaruh seperti TGB dan SYL mantan gubernur Sulsel.

Bagi Jokowi memilih KH. Ma'ruf Amin adalah bagian dari memastikan kemenangan di pulau Jawa dan yang terpenting adalah menghapus isu Jokowi anti Islam serta isu SARA yang belum redah pasca Pilgub DKI 2017.

Bagaimana dengan Prabowo-Sandi ?

Di Jawa partai pendukung setia Prabowo (Gerindra & PKS) seperti yang sudah kita ketahui hasilnya gigit jari karena semua calon yang mereka usung di Pilkada Jatim, Jateng dan Jabar kalah. 

Tiga kekalahan di wilayah jawa tersebut pastinya membuat kubu Prabowo harus lebih kerja keras dan banyak berdoa agar mudah-mudahan Jokowi sering-sering membuat blunder di akhir-akhir menjelang pilpres 2019. 

Adanya dukungan Demokrattidak akan banyak membantu banyak dalam mendongkrak suara Prabowo d Jawa, karena dukungan tersebut bagai mobil tanpa mesin, sehingga menurut saya Prabowo akan kesulitan untuk menang di Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun