Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Papa Meninggal (Lanjutan)

9 Februari 2018   01:26 Diperbarui: 9 Februari 2018   01:47 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papa meninggal dunia

Hari ini adalah hari Waisak. Hari yang sangat penting bagi Umat Budha. Setiap Waisak biasanya kami sekeluarga pergi ke vihara untuk melakukan peribadatan di sana. Tapi sekarang?  Mana mungkin Papa ditinggal? Setelah berunding, akhirnya kami memutuskan untuk membagi diri. Mama dan Cindy pergi ke vihara dan saya tetap menjaga Papa.

Saya duduk di samping Papa lalu membacakan cerita dari buku karya Agatha Christie yang judulnya "And Then There Were None." Seperti novel karangannya yang lain, buku ini merupakan cerita misteri yang ditulis dengan sangat cerdas dan membuat pembacanya turut berpikir.

Kisahnya sebetulnya simple saja, yaitu tentang 10 orang yang diundang ke sebuah pulau. Kemudian satu persatu para tamu terbunuh secara misterius. Akibatnya tamu yang tersisa menjadi saling mencurigai satu sama lain. Di setiap kesempatan, Sang penulis juga memaparkan sisi-sisi kelam dari setiap tamu undangan sehingga pembaca dibekali data untuk ikut menerka-nerka, siapa sebetulnya pembunuh berdarah dingin itu.

"Yoyo!" Sekonyong-konyong Suster Aida, Sang Kepala Perawat di area paviliun itu masuk dengan tergopoh-gopoh.

"Ya, kenapa Suster?" tanya saya sambil menurunkan buku yang sedang saya baca.

"Maaf mengganggu, Yo. Sore ini ini Papa kamu kan harus transfusi, tapi ternyata stok darah kami yang golongan AB kosong."

"Waduh! Jadi bagaimana dong, Suster?"

"Bisa nggak kamu ke PMI untuk beli darah di sana?"

"Tapi nanti siapa yang jaga Papa?" tanya saya kebingungan.

"Kalau kamu bisa ke PMI, saya sendiri yang akan menjaga Pak Yo. Kamu nggak usah kuatir."

Walaupun ragu untuk meninggalkan Papa, nampaknya saya tidak punya pilihan lain dan berkata, "Baiklah kalau begitu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun