“Bukan! Kata ‘Budha’ maknanya adalah seseorang yang telah sadar.”
“Sadar? Maksudnya insyaf karena sebelumnya telah melakukan perbuatan buruk?”
“Hihihi…bukan! Sadar yang dimaksud adalah dalam konteks seseorang telah mencapai pencerahan sempurna. Karena telah mengerti segala makna hidup maka dia berhak menjadi guru sekaligus berkewajiban untuk membagi pencerahan yang diperolehnya pada orang lain. Itu sebabnya banyak aliran Budha yang tumbuh sesuai dengan ajaran guru yang masing-masing mereka percayai.”
“Wah! Jangan-jangan di dalam klenteng, saya bisa ngeliat patung Judge Bao dong, ya? Hahahahahaha….” Fuad tertawa terbahak-bahak.
Saya sendiri sama sekali tidak tertawa sementara Fuad masih terkekeh-kekeh panjang. Buat dia hal itu suatu hal yang sangat lucu karena referensi dia tentang Judge Bao hanya diperoleh dari film di televisi.
“Judge Bao memang salah satu guru yang dihormati Umat Budha,” kata saya dengan suara dingin.
“Oups…maaf Yo. Saya nggak tau. Maaf ya?”
“Dan di beberapa klenteng tertentu, kamu memang bisa menemukan patung Judge Bao.”
“Sekali lagi, maaf, Yo.” Fuad terus mengulang maafnya.
“Tapi penampilannya tentu saja tidak sama dengan yang kamu lihat di televisi.”
“Sorry, Yo. It’s not a good joke. I am so stupid.”