Mohon tunggu...
Yosafat Anditya Wiryawan
Yosafat Anditya Wiryawan Mohon Tunggu... Penulis - better than yesterday

alexanderyosafat.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menteri Agama dan Upaya Melawan Hoaks

4 Agustus 2018   19:06 Diperbarui: 4 Agustus 2018   19:19 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : www.pubindo.com

Saat ini kita memasuki era digital, semua serba praktis dan internet menjadi hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari, baik anak-anak muda maupun orang dewasa. Kemajuan zaman memang membawa banyak dampak positif, karena memang tujuan diciptakannya teknologi yang modern adalah untuk mempermudah hidup manusia. Akan tetapi, di balik sisi positif tersebut, terselip hal-hal yang negatif yang timbul dari apa yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. 

Dewasa ini kata hoax sudah tidak asing lagi di telinga kita, dan berita hoax adalah salah satu penyelewengan yang marak terjadi belakangan ini akibat penyalahgunaan teknologi khususnya media sosial. Kita kerap kali menemui ujaran kebencian dan kabar hoax di media sosial yang rentan menyinggung suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Tentunya hal ini sangat meresahkan banyak orang yang menimbulkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat, baik itu terhadap pemerintah, media dan juga kelompok tertentu yang seringkali menjadi bahan untuk dijadikan berita hoax.

Hoax pastinya harus dihilangkan agar tidak merugikan orang banyak. Cara menghilangkan hoax ada dua, yakni dengan memusnahkan akarnya dalam hal ini adalah oknum-oknum penyebar berita hoax ataupun cara kedua dengan mengedukasi masyarakat agar tidak mudah percaya dengan berita hoax yang beredar. 

Akan tetapi, kedua cara ini sangatlah sulit dilakukan. Pertama, karena penyebar berita hoax sangat banyak dan bertebaran dimana-mana, ditambah lagi terkadang ada orang yang menilai isi berita hoax itu sesuai dengan dirinya, karena orang tersebut juga kebetulan tidak menyukai kelompok tertentu, walaupun orang tersebut tidak ikut menyebar berita hoax, tetapi Ia menerima isi berita tersebut karena sesuai dengan pemikirannya. 

Kedua, jika mengedukasi akan memakan waktu lama karena jumlah penduduk Indonesia yang banyak tentu dibutuhkan banyak tenaga untuk melakukannya dan juga tingkat pendidikan yang berbeda yang dimana harus menggunakan pendekatan yang berbeda pula. Edukasi tetap dilakukan tetapi bukan menjadi senjata utama untuk membasmi hoax. 

Masyarakat juga harus berperan aktif dalam memerangi berita hoax, agar tidak timbul perpecahan dan juga perselisihan antar golongan, karena Indonesia adalah negara kesatuan yang menerima perbedaan, maka masyarakat juga harus dewasa dalam menerima perbedaan yang ada di Indonesia. Indonesia bukanlah milik satu suku, satu ras, satu agama, ataupun satu golongan. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama dan golongan.

Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Kominfo, Niken Widiastuti menyampaikan penyebaran hoax sangat tinggi, angkanya mencapai 800 ribu konten per tahunnya. Jumlah yang sangat besar dan tentu akan meresahkan masyarakat. Hoax makin merajalela terutama di masa-masa mendekati pemilu, dimana untuk menjatuhkan lawan. Seseorang atau sekelompok orang rela membuat berita palsu ataupun mengubah isi berita yang kemudian disebar yang tentunya hal ini akan membuat resah masyarakat dan masyarakat pun menjadi bingung harus dengan siapa mereka percaya saat ini?

Populasi penduduk Indonesia saat ini mencapai kurang lebih 262 juta orang. Lebih dari 50 persen atau sekitar 143 juta orang telah terhubung jaringan internet sepanjang tahun 2017, menurut laporan teranyar Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Mayoritas pengguna internet di Indonesia sebanyak 72,41 persen masih dari kalangan masyarakat urban. Pemanfaatan internet saat ini sudah lebih meluas dan berkembang, bukan hanya untuk berkomunikasi tetapi juga membeli barang, memesan transportasi, hingga berbisnis dan berkarya. 

Berdasarkan wilayah geografisnya, masyarakat Jawa paling banyak terpapar internet yakni 57,70 persen. Selanjutnya Sumatera 19,09 persen, Kalimantan 7,97 persen, Sulawesi 6,73 persen, Bali-Nusa 5,63 persen, dan Maluku-Papua 2,49 persen. Internet tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari anak muda zaman sekarang. Sebanyak 49,52 persen pengguna internet di Tanah Air adalah mereka yang berusia 19 hingga 34 tahun. 

Di posisi kedua, sebanyak 29,55 persen pengguna internet Indonesia berusia 35 hingga 54 tahun. Kelompok ini berada pada usia produktif dan mudah beradaptasi dengan perubahan. Remaja usia 13 hingga 18 tahun menempati posisi ketiga dengan porsi 16,68 persen. Terakhir, orang tua di atas 54 tahun hanya 4,24 persen yang memanfaatkan internet.

Dengan banyaknya pengguna internet yang ada di Indonesia, maka kita pun harus mengajak masyarakat untuk bijak dalam menggunakan media sosial. Dalam hal ini, Kementerian Agama (Kemenang) RI memiliki tugas untuk terus menggaungkan kampanye bijak bermedia sosial dan mengajak masyarakat untuk melawan hoax dan ujaran kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun