Mohon tunggu...
Yosi Prastiwi
Yosi Prastiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pilihan Ibu Sebagai Perempuan Dalam Drama Korea Birthcare Centre

8 Januari 2021   23:24 Diperbarui: 8 Januari 2021   23:36 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birthcare Centre (gambar KDramastars)

Dalam lelah, ngantuk dan kaki gempor sebab menggendong bayi berusia satu tahun, saya menonton drama Korea Birthcare Centre. Bukan tanpa alasan bayi ini meminta jatah gendong di luar kebiasaannya. Si bayi pilek, susah bernafas. Ia belum mampu mengeluarkan ingus secara manual mandiri. Tidurnya tak nyenyak. Menyusupun jenak. 

Begadang butuh teman agar kuat menggendong bayi. Karena suami ketiban sampur gantian gendong, maka nonton drakor jadi pilihan pengganti teman. Ajaibnya, drakor ini sepadan dengan situasi saya saat itu. 

Adalah Hyu Jin, wanita yang melahirkan di usia 42 tahun. Ia bekerja keras sejak muda. Karirnya sebagai eksekutif muda di perusahaan sedang moncer. Wawasannya luas, koneksi, dan daya lobinya tinggi. Ia berhasil mendapatkan proyek besar dalam kondisi hamil besar bahkan pecah ketuban. 

Hidupnya baik-baik saja sampai ia melewati kehamilan, persalinan, dan pengasuhan bayi. Ketiganya menyerangnya bertubi-tubi tanpa mengijinkan Hyu Jin mengambil jeda. Setiap perempuan yang melahirkan memang otomatis disebut ibu, tapi bagaimana ia 'seharusnya' menjadi ibu?  

Hyu Jin membenci fakta bahwa-di tengah prestasi kerjanya-, ia tak tahu apapun soal bayi. Baginya, persalinan sudah cukup mengerikan. Hampir mengantarkannya pada kematian. Lantas, baru hidup lagi, sudah ada makhluk kecil bernama bayi. Ia kelimpungan dan memutuskan tinggal di Birthcare Centre sementara waktu. 

Birthcare Centre diceritakan sebagai pusat layanan terpadu bagi ibu paska melahirkan. Mungkin semacam paket lengkap 40 hari bersalin ala Indonesia tempo dulu. Ibu dimanja, diperhatikan, diajari dan diperlakukan istimewa selama 40 hari pertama kehidupan bayi.

Adik saya di kampung, dipijat dukun bayi selama 40 hari. Dukun itu pula yang tiap pagi memandikan bayi dan menjemurnya. Tak lupa memberikan jamu uyup-uyup. Konon ramuan ini bisa memperlancar ASI. Dukun bayi bukan sembarang dukun yang hobi nyantet. Di kampung saya di Banjarnegara sana, dukun bayi adalah profesi legal yang mendapat fasilitas dan pelatihan dari Puskesmas setempat. Mereka tidak diperkenankan membantu persalinan di rumah tapi mereka bisa membantu proses jelang dan paska bersalin.

Alih-alih 40 hari, paket layanan dalam drakor Birthcare Centre berlaku sampai bayi puput atau lepas tali pusarnya. Hitung saja 7 hari. Selama itu bayi dan ibunya mendapatkan layanan ekstra yang memanjakan. Bayi memiliki pengasuh. Sementara Hyu Jin mendapatkan teman seperjuangan dan mentor untuk beberapa skill yang lazimnya dimiliki saat perempuan menjadi ibu. 

Pencarian wawasan dan keterampilan yang diharapkan bisa mengupgrade kapasitas Hyu Jin sebagai ibu, justru membenturkannya pada beberapa pertanyaan dan kenyataan. Ia menemukan dirinya (dan dunianya) tak akan bisa kembali normal seperti dulu sebelum memiliki bayi. Apakah memiliki bayi itu tidak norma atau new normal? Sampai-sampai kita butuh adaptasi kebiasaan baru saat bayi lahir. 

Drakor ini bukan hanya menceritakan situasi yang dihadapi ibu paska bersalin tapi juga menggambarkan perasaan ibu. Merasa tidak becus merawat badan. Kesulitan menyusui langsung dan memerah ASI. Kebimbangan memilih antara asi dan sufor. Gagap kembali ke tempat kerja. Pilihan untuk mengasuh bayi sendiri, diasuh nenek, atau memperkerjakan pengasuh. Sampai siklus hubungan suami istri yang naik turun setelah memiliki bayi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun