Mohon tunggu...
Sosbud

Toleransi Jangan Salah Kaprah

16 Januari 2019   13:49 Diperbarui: 16 Januari 2019   14:02 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu di sebuah negeri yang indah, hiduplah kaum Karnivora dan Herbivora, keduanya hidup rukun damai tentram serta saling hormat menghormati satu sama lain. Kedua kaum hidup berdampingan satu sama lain, bekerja sama satu sama lain saling menghargai. Meskipun berbeda, mereka saling bekerja sama dan hidup rukun. 

Kaum Karnivora meanghormati kaum herbivora yang hanya makan tumbuhan, begitu pun sebaliknya kaum Herbivora menghormati kaum karnivora yang hanya makan daging. Mereka tidak pernah mempermasalahkan prinsip masing-masing kaum, sehingga mereka bisa hidup rukun berdampingan. 

Akan tetapi, kedamaian itu tidak berlangsung lama setelah muncul kaum Omnivora, pemakan segala, bagi kaum ini, manusia tidak  bisa hanya makan daging saja atau makan tumbuhan saja. Menurut kaum ini, prinsip kaum Karnivora dan kaum Herbivora harus dirubah, tidak bisa dipertahankan terus seperti itu, kata kaum Omnivora, prinsip seperti ini tidak sesuai dengan sesuai dengan modernisasi alias tidak  kekinian. 

Beberapa kaum Karnivora dan Herbivora akhirnya mengikuti cara pandang kaum Omnivora, namun beberapa yang lain menolak dan memegang prinsip mereka. Kaum yang menolak ini,  oleh kaum Omnivora dan beberapa pendukung dari kaum Karnivora dan Herbivora disebut tidak toleran. 

Menurut mereka, toh jika kaum Karnivora memakan "sedikit" tumbuhan, tidak serta merta mereka akan menjadi kaum Herbivora, begitu pun sebaliknya, jika kaum Herbivora "sedikit" memakan daging, tidak serta merta meraka menjadi kaum Karnivora. 

Narasi ini terus menerus digaungkan, sehingga kaum kaum yang menolak ini disebut intoleran, bahkan disebut teroris. Kaum Karnivora dan Herbivora yang masih memegang prinsip mereka, harus mengalami perjuangan yang berat untuk melawan narasi narasi intoleran. Menurut mereka, toleransi tidak diukur dari kita harus mengikuti mereka yang berbeda prinsip, akan tetapi toleran diukur dari seberapa kita bisa menerima pendapat yang berbeda. 

Hingga saat ini, negara yang awalnya damai dan tentram, menjadi negara yang sedikit sedikit sensitif dan panas. Tidak ada lagi kedamaian yang dulu menyelimuti negeri itu. Semoga kedepannya, negeri yang damai dan tentram tersebut bisa kembali damai seperti sedia kala. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun