Mohon tunggu...
yosephine mar
yosephine mar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya PAUD Bendung "Cyber-Parenting"

3 Agustus 2018   19:58 Diperbarui: 3 Agustus 2018   20:06 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Era milenial ditandai munculnya fenomena sosial yang berbeda dengan era sebelumnya. Internet, gadget dan media sosial. Tiga piranti ini tidak bisa dijauhkan dari generasi milenial. Kehidupan generasi ini telah beralih ke dunia cyber dengan segala konsekuensinya. Bayi-bayi generasi digital native, terutama yang dilahirkan tahun 2013-2018, memegang smartphone lebih dahulu baru mengenal sekolah.

Orangtua mereka, mengenal sekolah lebih dahulu baru berkenalan dengan gawai. Mengenal buku terlebih dahulu kemudian baru mengenal tablet. Para immigrant digital itu terbiasa bermain di luar rumah. Bermain sepak bola atau bersepeda di luar jam sekolah. Permainan yang melatih kecakapan bergaul dengan orang lain. Pula tak kalah seru ketimbang online games. Matahari acuan waktunya. Azan maghrib merupakan pengingat untuk pulang ke rumah.

Individualis

Bayi-bayi warga asli zaman digital, sejak umur beberapa bulan sudah diberi mainan elektronik. Mereka kelak akan terprogram lebih banyak menyimpan diri di kamar. Kelak generasi ini cenderung lebih individualis. Merasa mampu memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain. Di kamar yang sepi mereka terhubung ke dunia virtual. Acuan waktu mereka bukan lagi perputaran matahari. Mereka identik matahari itu sendiri berkat gawai yang terus menerus menyala dan bersinar. Siang seakan menjadi malam sebaliknya malam seakan siang. Saat jam biologis seharusnya terlelap tidur, mereka justru baru mulai berselancar di jagat maya. Dengan telinga disumbat earphone. Larut dalam game on-line atau terlibat percakapan dengan orang dewasa. Itulah masa belia dan remaja pribumi milenial.

Intensitas interaksi anak dengan orang tua menyusut sejak bayi generasi digital diberi gawai dengan maksud agar berhenti merengek, rewel, menangis atau bahkan sekadar buat mengisi waktu luang. Banyak orang tua percaya gawai bagus buat stimulasi otak dengan beragam video games, TV program, dan pelbagai aplikasi tumbuh kembang anak.

Rata-rata bayi yang lahir tahun 2016, dibandingkan yang lahir sebelum 1990, kurang mendapatkan kontak mata dari orang tua. Ikatan melemah. Kemampuan anak mengekspresikan kasih sayang berkurang. Keluwesan bergaul dan membentuk relasi jangka panjang dengan orang lain memudar. Momen membangun ikatan dengan anak sejak dini tak dapat diulang kembali. Tidak ada tombol backward begitu golden age (lima tahun pertama kehidupan bayi) terlewatkan. Kurangnya kontak mata bakal berdampak pada peradaban manusia kelak.

Ancaman serius serbuan cyber-parenting mulai menjadi kesadaran orang tua dan guru di Indonesia. Mereka mesti meninjau ulang peran parenting era milenial. Pola pendampingan mesti memampukan anak-anak mengontrol (bukan dikendalikan) gawai.

Kampanye mewaspadai bahaya cyber-parenting gencar diserukan PAUD dan TK di  Bekasi. Sekolah untuk anak usia dini itu dikelola Rumah Perubahan Rhenald Kasali. Kampanye "Teknologi Tidak Akan Pernah Bisa Menggantikan Cinta Manusia" diviralkan dengan mempublikasikan buku The Great Shifting: Lebih Baik Pegang Kendali Ketimbang Dikuasai (2018). Kampanye edukasi perihal penting dan mendesaknya ikatan antara orang tua-anak. Sasarannya keluarga-keluarga muda yang sangat mengandalkan teknologi. Anak-anak membutuhkan kasih sayang lebih dari sekadar gawai.

Dilatih Disiplin 

Sistem belajar sekolah ini unik. Anak-anak dilatih berjalan sendiri menuju kelas sejak dari pintu gerbang sekolah tanpa ditemani orang tua. Sesampai di depan pintu kelas anak-anak langsung melepas dan menaruh sepatu di rak. Anak dilatih disiplin sejak belia.

Para pengunjung senantiasa dibikin takjub. Anak-anak tidak terdistraksi kehadiran tamu. Tetap fokus dengan tugas yang mereka kerjakan di kelas. Rasa ingin tahu mereka tidak dibatasi tapi diarahkan. Perkembangan daya imajinasi, kemampuan wicara, dan perilaku sehari-hari terbimbing visi dan nilai. Meaning and values Led. Sejak kecil, anak-anak dilatih memiliki tanggung jawab plus bersosial melalui pembelajaran sederhana tentang deep understanding dan deep reasoning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun