Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pelajaran dari Liga Super India

4 Januari 2017   09:49 Diperbarui: 4 Januari 2017   09:55 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Liga break away, adalah istiah untuk sebuah kompetisi liga di suatu negara, yang berdiri sendiri, dan berada di luar sistem kompetisi domestik, yang sudah ada sebelumnya. Di Indonesia, predikat liga break away pernah  bergantian disandang (almarhum) Liga Prima Indonesia (LPI), dan Liga Super Indonesia (LSI), antara tahun 2010-2013. Ketika itu, LPI muncul lebih dulu, sebagai bentuk kekecewaan, atas korupnya tata kelola kompetisi, yang dijalankan PSSI era Nurdin Halid. 

Kampanye LPI, lalu dianggap sebagai ‘kompetisi ilegal', di sini, definisi ‘break away league', sudah dipelintir PSSI. Akibatnya, muncul kisruh dualisme kompetisi di Indonesia. Tapi, tak disangka, berkat kisruh inilah, Nurdin Halid turun, dan digantikan Djohar Arifin Husin. Selain Nurdin, ‘orang lama' PSSI lain, yang juga turun adalah sekjen Nugraha Besoes, yang sudah duduk di posisi itu, sejak 1983.

Naiknya Djohar Arifin Husin, sebagai ketua PSSI, lalu direspon kubu pro Nurdin, dengan  membentuk KPSI, sebagai organisasi tandingan PSSI, dengan La Nyalla Matalitti sebagai ketuanya  (ia lalu menjadi ketua PSSI, sebelum digantikan Letjen Eddy Rahmayadi tahun 2016). Tak cukup sampai disitu, KPSI juga membentuk liga tandingan berformat turnamen, Liga Super Indonesia (LSI). Akibatnya, Indonesia terancam sanksi FIFA, tapi kisruh itu berakhir pada tahun 2013, setelah dihasilkannya kesepakatan damai, antara kubu PSSI, dan KPSI. Kompetisi sepakbola di Indonesia pun  kembali menjadi satu kompetisi.

Negara lain, yang menerapkan sistem kompetisi liga break away adalah India. Di negeri Bollywood ini, terdapat dua kompetisi liga; Indian Super League (ISL), dan I-League (Liga India).  Liga India, adalah kompetisi resmi sepakbola India, yang dibentuk sejak tahun 1996, dengan nama National Football League (NFL), dan berganti nama menjadi I-League, sejak tahun 2007. Sedangkan, Indian Super League, adalah kompetisi liga break away, yang dibentuk sejak tahun 2013, dan mulai aktif sejak 2014 hingga kini.

Kompetisi ini, diikuti oleh 8 tim, tanpa promosi-degradasi, yang berasal dari kota-kota terbesar di India; New Delhi, Bangalore, Goa, Guwahati, Mumbai (Bombay), Kolkata (Calcutta), Pune, dan Kochi. Persamaannya, baik I League, maupun Indian Super League, sama-sama dibentuk oleh AIFF (PSSI-nya India). 

Pembentukan ISL sendiri dilakukan, untuk menyiasati panjangnya jeda waktu pascaselesainya kompetisi domestik di India, memperluas jaringan kerjasama internasional dalam bidang sepakbola, dan membina potensi sepakbola India. Selain itu, ISL dijadikan AIFF alat, untuk mempopulerkan olahraga sepakbola di India, negara yang masyarakatnya menggandrungi olahraga kriket sejak lama.

Dari waktu pelaksanaannya, baik Liga India, maupun ISL, berjalan berurutan. Liga India, rutin berjalan sejak awal-pertengahan tahun (Januari-Mei/Juni), karena hanya diikuti 10 tim, dan disambung dengan gelaran Piala Durand (digelar Agustus-September), sedangkan ISL berjalan antara bulan Oktober-Desember. Secara hirarki, kompetisi ISL, sebenarnya berada diluar sistem kompetisi liga di India, tapi, dianggap selevel dengan Liga India. Karena ISL mampu mendatangkan marquee signing sekelas Roberto Carlos, dan Lucio (Brasil), Nicolas Anelka, David Trezeguet, dan Robert Pires (Prancis), Simao Sabrosa (Portugal) hingga Diego Forlan (Uruguay). Di pos pelatih, ada sosok Zico (eks pemain timnas Brasil, dan eks pelatih timnas Jepang), yang turut meramaikan.

Dari segi kerjasama sepakbola internasional, ISL mampu memberi manfaat. Klub-klub ISL mampu menjalin kerja sama, dengan klub Eropa. Seperti Pune City, yang menjalin kemitraan, dengan Vitoria Guimaraes (Klub Divisi Utama Portugal), Villareal (Spanyol), dan Fiorentina (Italia). Lewat jenis kerjasama inilah, mereka bisa mengirim pemain muda potensial mereka ke Eropa. Seperti dialami Ashique Kuruniyan (kini di tim junior Villlareal). Selain itu, ISL juga menjalin kerjasama, dengan kompetisi Major League Soccer (MLS) AS, dan A League (Australia).

Model break away league, sebenarnya dapat diterapkan juga di Indonesia. Karena, Indonesia mempunyai karakteristik demografi seperti India; tingkat kelahiran, dan kepadatan penduduk tinggi. Bedanya, jumlah penduduk India sudah lebih dari 1 miliar jiwa. Sedangkan, jumlah penduduk Indonesia masih sekitar 250 juta jiwa. Indonesia dan India, juga merupakan negara terluas, di kawasan masing-masing (Asia Tenggara, dan Asia Selatan).

Maksud digelarnya break away league ini, tentunya adalah untuk mengoptimalkan pembinaan potensi pesepakbola kita, di seluruh pelosok Indonesia. Karena, sistem kompetisi yang ada sekarang ini, belum mampu membina potensi pesepakbola kita secara optimal. Selain itu, break away league, dapat dijadikan sarana, untuk memperluas cakupan kerjasama sepakbola kita, dengan pihak eksternal (klub, liga, atau federasi sepakbola negara lain). Sehingga, dapat meningkatkan kualitas persepakbolaan kita di masa depan. Tapi, itu hanya dapat terwujud, selama semua stakeholder persepakbolaan kita, tidak egois, dan berdedikasi tinggi, demi mewujudkan kemajuan sepakbola kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun