Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pacuan Tiga Kuda di Liga Perancis

12 Desember 2016   13:38 Diperbarui: 12 Desember 2016   13:49 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam 4 musim terakhir (2012/2013- 2015/2016), Ligue 1 Prancis rutin menghasilkan satu cerita tahunan; Paris Saint Germain (PSG) juara. Prediksi tiap musimnya pun sama; PSG masih tanpa lawan. Memang, sejak diambil alih raja minyak dari Timur Tengah, PSG mampu lepas dari krisis keuangan, sekaligus kaya mendadak. Dengan modal ini, mereka mampu mendatangkan pemain-pemain buruan tim-tim elit Eropa, seperti; Edinson Cavani, Angel di Maria, dan Marco Verratti. Belum lagi, kualitas pemain akademi mereka. Dengan kekuatan finansial, dan komposisi tim luar biasa, PSG jelas tak tersaingi. Mereka seolah memonopoli liga Prancis, dalam 4 musim terakhir. Saking dominannya, PSG mulai berani  memasang target tinggi di Liga Champions.

Tetapi, pada musim 2016/2017 ini, peta persaingan juara di Liga Prancis mengalami perubahan, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ada OGC Nice, dan AS Monaco, yang mucul sebagai pesaing. Situasi ini timbul, karena beberapa faktor. Pertama, Start lambat PSG di awal musim. Kedua, kejutan OGC Nice. Ketiga, ketajaman AS Monaco, dan Radamel Falcao.

Pada faktor pertama, start lambat PSG, di awal musim ini, disebabkan oleh kurang mulusnya transisi di dalam tim. Transisi pertama adalah, pergantian pelatih, dari Laurent Blanc, ke Unai Emery. Emery, yang direkrut dari Sevilla, belum pernah melatih di luar Liga Spanyol sebelumnya. Perbedaan gaya main, antara Liga Spanyol, dan Liga Prancis, belum dipahaminya dengan baik, sehingga, taktik yang diterapkannya tidak efektif. 

Transisi kedua adalah, pergantian sosok ujung tombak tim; dari Zlatan Ibrahimovic, ke Edinson Cavani. Kepergian Ibra, membuat Cavani kembali menempati posisi naturalnya; ujung tombak, setelah sebelumnya menjadi pemain sayap, karena adanya sosok Ibra. Pada awalnya, pergantian posisi ini, menjadi beban tersendiri bagi Cavani, mengingat tingginya produktivitas gol Ibra di masa lalu. 

Tetapi, seiring berjalannya waktu, PSG, dan Cavani, mulai konsisten. PSG kini menduduki posisi 3 klasemen sementara dengan nilai 36, berjarak 3 poin dari Monaco (posisi 2), dan 4 poin dari OGC Nice (posisi 1). Cavani sendiri, kini sudah mencetak 16 gol, termasuk dwigol ke gawang OGC Nice (kedua tim bermain imbang 2-2), pada pekan ke 17, Ligue 1 Prancis, Minggu (11/12) silam. Raihan ini, menempatkannya di daftar puncak topskorer sementara Ligue 1 musim ini.

Pada faktor  kedua, performa OGC Nice di musim ini, menjadi sebuah kejutan tersendiri.Sebelumnya tim ini tidak  diperhitungkan, modal finansial pun terbatas. Tetapi, mereka mampu melakukan transfer efektif. Tercatat, mereka sukses mendatangkan Dante (eks Bayern Munich), Younes Belhanda (Dinamo Kiev, pinjam), dan Mario Balotelli (Liverpool, gratis). 

Mereka pun mendatangkan pelatih baru, Lucien Favre (eks Gladbach), menggantikan Claude Puel, yang pindah ke Southampton (Inggris). Berbeda dengan PSG, transisi tim di OGC Nice sangatlah mulus. Dante mampu menjadi komandan pertahanan Nice yang solid,  Belhanda mampu menjadi pilar lini tengah, dan Balotelli, bersama Alasssane Plea, mampu menjadi ujung tombak tim. Total, keduanya sudah mencetak 16 gol untuk Nice sejauh ini. Mereka mampu mencatat awalan mulus, dan konsisten sejauh ini. Termasuk, menahan PSG 2-2, di Parc des Princes, Paris.

Pada faktor ketiga, tajamnya AS Monaco, dan Radamel Falcao, menjadikan AS Monaco mampu menempel ketat Nice di puncak klasemen. Total, Si Merah-Putih, mampu mencetak 53 gol, hingga pekan ke 17 Liga Prancis. Pada pekan ini, Monaco menang 4-0 atas Bordeaux, dengan Falcao mampu mencetak trigol. Total, sejauh ini, Falcao mampu mencetak 14 gol, dari 16 laga yang dijalaninya. 

Musim ini menandai kebangkitan seorang Falcao, yang selama dua musim terakhir menjadi pesakitan di Liga Inggris. Secara taktik, ketajaman AS Monaco adalah buah dari kejelian Leonardo Jardim, pelatih mereka. Jardim menerapkan taktik sepakbola menyerang, memadukan pemain muda dengan pemain senior, dan mengembalikan Falcao sebagai ujung tombak, dengan ruang gerak yang leluasa.

Diantara ketiga tim ini, baru kubu Nice yang berani berandai-andai soal gelar juara. Mario Balotelli berandai-andai; seandainya Nice mampu juara Ligue 1, maka ia akan berkeliling kota Nice mengendarai helikopter. Bagaimanapun, musim masih panjang, segala kemungkinan masih bisa terjadi. So, just enjoy the game.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun