Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Evolusi Gaya "Perang Urat Syaraf" di Sepak Bola

9 April 2017   11:12 Diperbarui: 9 April 2017   11:18 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara umum, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi didefinisikan sebagai, "rencana yang cermat mengenai kegiatan, untuk mencapai sasaran". Dalam sepak bola, strategi adalah cara untuk meraih kemenangan. Menurut bentuk, dan fungsinya, strategi dalam sepak bola terbagi menjadi dua, yaitu; strategi teknis, dan strategi nonteknis.

Strategi teknis, adalah rencana taktis, yang akan diterapkan tim di lapangan. Aspek-aspek, yang menyusun strategi teknis, adalah, formasi, gaya main, pembagian tugas (misal: eksekutor bola mati, dan kapten tim), dan sosok pemain pengganti. Berubah-tidaknya sebuah strategi, tergantung dari karakter tim lawan yang dihadapi, kebugaran pemain, atau pola permainan yang sedang menjadi tren. Dalam menyusun strategi teknis, seorang pelatih dituntut untuk dapat memahami betul, setiap aspek teknis yang ada. Selain itu, mereka juga harus mempunyai kecerdasan taktikal yang memadai. Supaya, dapat mengatasi situasi yang sewaktu-waktu berubah. Bisa dibilang, ini adalah jenis strategi yang wajib ada, dalam tiap tim, dan pelatih sepak bola.

Sedangkan, srategi nonteknis adalah rencana taktis, yang diterapkan tim, di luar lapangan. Berbeda dengan strategi teknis, yang murni berfokus, pada aspek olahraga, strategi nonteknis, berfokus pada aspek psikologis. Di sini, pelatih dituntut, untuk mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Sasarannya adalah, internal tim, dan tim lawan, dengan sifat yang berkebalikan. Untuk internal tim, strategi nonteknis bersifat konstruktif (membangun). Supaya motivasi bertanding, dan kekompakan dalam tim dapat tetap terjaga. Sehingga, tim dapat meraih hasil terbaik.

Di sisi lain, strategi nonteknis, yang ditujukan untuk tim lawan, cenderung bersifat merusak. Sasarannya adalah, sisi psikologis tim lawan. Umumnya, aspek yang 'diserang' adalah kelemahan mendasar tim lawan. Misalnya, jika tim tersebut tak pernah meraih trofi juara, selama bertahun-tahun. Tujuannya adalah, untuk mengganggu persiapan bertanding tim lawan. Diharapkan, fokus mereka tak lagi utuh pada pertandingan. Sehingga, dapat lebih mudah dikalahkan di lapangan.

Tapi, 'serangan' psikologis berpendekatan negatif ini, akan menjadi senjata makan tuan, jika tim lawan tak menanggapi, tapi justru direspon oleh media, dan mempengaruhi suasana ruang ganti tim, tanpa mampu ditangani dengan baik. Situasi ini, sempat dialami Jose Mourinho (kini pelatih MU), saat menangani Chelsea, musim 2015/2016 lalu. Akibatnya, performa si Biru merosot, dan Mourinho pun dipecat. Sebelum Jose Mourinho, pelatih lain, yang lihai menggunakan pendekatan sejenis, adalah Sir Alex Ferguson (eks pelatih MU). Berbeda dengan Mourinho, Fergie mampu menangani respon media, dan suasana ruang ganti tim, dengan baik. Sehingga, United mampu konsisten berprestasi, sampai Fergie pensiun tahun 2013 silam.

Selain pelatih, pihak lain, yang gemar melancarkan serangan psikis, adalah media. Khususnya, media yang berafiliasi dengan klub tertentu. Di Spanyol, ada El Mundo Deportivo, El Pais, dan Sport, surat kabar asal Barcelona, yang intens 'menyerang' Real Madrid. Sedangkan, surat kabar, yang cenderung pro Real Madrid, antara lain AS, dan Marca. Perang kata-kata antarmedia, akan makin panas, terutama saat menjelang berlangsungnya laga El Clasico.

Dalam perkembangannya, gaya 'perang urat syaraf' di sepak bola, mulai mengalami perubahan bentuk, dari yang sebelumnya saling menjelekkan, menjadi saling memuji kelebihan lawan. Gaya ini lebih populer, karena lebih 'sejuk', dan bebas efek samping negatif. Meski berbeda bentuk, gaya saling memuji ini mempunyai manfaat ganda; membangun suasana kondusif antartim menjelang laga, sekaligus melenakan lawan. Jika tim lawan sudah terlanjur terlena dengan pujian, mereka akan lebih mudah untuk ditaklukkan. Pelatih yang terbiasa memakai gaya perang urat syaraf ini antara lain, Pep Guardiola (Manchester City), Juergen Klopp (Liverpool), dan Antonio Conte (Chelsea).

Apapun bentuk dan caranya, tujuan utama dari sebuah strategi, termasuk perang urat syaraf, adalah untuk mencapai kemenangan, yang sah-sah saja untuk dilakukan. Tapi, jangan sampai strategi itu mengabaikan aspek sportifitas. Karena, kemenangan tanpa sportifitas, adalah sebuah kebohongan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun