Setelah menyelesaikan musim 2024-2025 sebagai juara Liga Inggris, dan melakukan selebrasi meriah di Stadion Anfield, Minggu (25/5) silam, skuad The Reds langsung berparade di kota Liverpool keesokan harinya.
Layaknya sebuah parade juara, suasana meriah dan gembira menjadi warna khas. Ratusan ribu orang larut dalam kegembiraan, menyambut iring-iringan bus tim yang lewat.
Secara umum, meski meriah, ketertiban tetap terjaga. Jalanan sudah disterilkan, dengan hal-hal terkait perizinan dan sejenisnya sudah beres sejak jauh hari sebelumnya.
Maka, ketika ada insiden tidak terduga, seperti yang terjadi di Water Street di akhir parade, situasi relatif aman dan terkendali. Seperti diketahui, pada momen ini, seorang pria yang mengendarai mobil nekat menerobos jalan yang sudah disterilkan, dan menabrak kerumunan suporter.
Insiden ini menyebabkan sejumlah orang luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit. Tapi, situasi bisa cepat tertangani, karena sang pelaku langsung ditangkap di tempat.
Situasi ini adalah satu gambaran tipikal klasik budaya tertib khas negara maju. Dimana, ketertiban masyarakat dan penertiban aparat benar-benar sinkron, sehingga gangguan tak terduga yang muncul bisa segera ditangani secara efektif.
Menariknya, terdapat juga pelajaran lain di sini, terkait etika bermedia sosial, khususnya dalam hal berempati, antara lain dengan tidak langsung memviralkan video atau dokumentasi apapun terkait insiden itu.
Segera setelah insiden "main terobos" itu terjadi dan tertangani, Liverpool, yang bekerja sama dengan pihak berwenang setempat, langsung merilis pernyataan resmi, yang mengundang banyak pesan dukungan dari berbagai pihak, termasuk klub-klub rival.
Tak cukup sampai disitu, sejumlah kelompok suporter dan akun-akun "fanpage" Liverpool di media sosial, kompak menyerukan untuk tidak mempublikasikan dokumentasi apapun terkait insiden, karena dinilai kurang pantas untuk dipublikasikan.
Alhasil, berita soal insiden yang terjadi itu tidak meledak dan dibahas sampai melebar kemana-mana, sekalipun berpotensi menjadi konten viral. Berkat ketertiban dan sinergi pihak-pihak terkait, penanganan cepat bisa dilakukan, tanpa harus menunggu viral.