Adagium bahasa latin pada judul di atas mungkin terasa "sangat keriting", tapi tetap relevan, dalam kaitannya dengan kiprah Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025. Seperti diketahui, pada turnamen kali ini, Indonesia dipastikan lolos ke Piala Dunia U-17 2025, menyusul kemenangan 1-0 atas Korea Selatan dan 4-1 atas Yaman di fase grup.
Kepastian Garuda Muda berangkat ke Qatar sendiri didapat, karena pada edisi 2025, zona Asia (AFC) mendapat kuota 8 tiket dari FIFA, dalam turnamen yang mengalami pertambahan jumlah peserta menjadi 48 negara. Jadi, cukup lolos dari fase grup Piala Asia U-17, untuk bisa berangkat ke Piala Dunia U-17, tak perlu lagi berjibaku sampai babak semifinal, seperti pada edisi-edisi sebelumnya.
Jika melihat bagaimana penampilan Indonesia saat menghadapi Korea Selatan dan Yaman, adagium bahasa latin "fortis fortuna adiuvat" menjadi satu gambaran yang mampu merangkum secara ringkas. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, idiom ini kurang lebih berarti "keberuntungan berpihak pada yang berani".
Disebut demikian, karena tim asuhan Nova Arianto ini memang tampil berani di lapangan hijau. Tak ada rasa minder saat menghadapi Korea Selatan, salah satu tim raksasa Asia, dan tak ada rasa takut, saat meladeni Yaman yang bermain agresif.
Di dua pertandingan ini, Evandra Florasta dkk juga mampu bermain efektif saat menyerang. Meski kalah dalam penguasaan bola, mereka mampu membuat peluang, bahkan mencetak gol saat ada kesempatan.
Di laga melawan Korea Selatan, Timnas U-17 mampu menghadapi gelombang serangan lawan, yang mendominasi alur permainan. Butuh keberanian lebih untuk dapat menahan gelombang serangan seperti ini, dan mereka mampu melakukannya dengan baik.
Keberuntungan lalu datang secara tak terduga di menit-menit akhir, ketika bola liar di kotak penalti mengenai tangan pemain Korea Selatan. Tanpa basa-basi, wasit memberi hadiah penalti, yang pada akhirnya berbuah gol. Satu momen yang sudah cukup untuk membuat performa dominan Tim Ksatria Taeguk Muda jadi mubazir, karena kalah 0-1 saat laga sepertinya akan berakhir imbang tanpa gol.
Di laga melawan Yaman, formasi dan materi pemain yang ditampilkan sebenarnya hampir sama persis. Hanya saja, pelatih Nova Arianto berani melakukan modifikasi taktik, dengan pendekatan bermain lebih reaktif.
Meski kembali kalah dalam penguasaan bola, Timnas U-17 mampu mencetak 4 gol, yang secara garis besar berawal dari blunder para pemain Yaman, dan lini belakang yang rapuh. Skor akhir 4-1 mungkin terlihat luar biasa, karena Indonesia tidak tampil dominan, tapi keberanian tim mengubah strategi, terbukti berbuah manis, karena mampu mengeksploitasi kelemahan Yaman, yang ternyata berwujud situasi serangan balik.
Dengan performa dan fleksibilitas taktik sebagus ini, tiket lolos ke Piala Dunia U-17 memang layak didapat. Meski masih ada aspek yang bisa ditingkatkan menjadi lebih baik lagi, lolosnya Timnas U-17 seharusnya bisa menjadi bukti, seberapa menarik potensi pemain muda berbakat di Indonesia.