Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Proyek Pemain Diaspora, Sebuah Pertaruhan ala PSSI

23 Maret 2025   22:59 Diperbarui: 23 Maret 2025   22:59 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak beberapa tahun terakhir, keberadaan pemain diaspora menjadi satu hal umum di Timnas Indonesia. Meski ada pro-kontra di sini, sebenarnya ini bukan fenomena aneh, karena memang sudah lama ada.

Dimulai dari adanya "oriundi" (orang asing keturunan Italia) di Timnas Italia sejak era 1930-an, keberadaan pemain diaspora lalu menjadi warna tersendiri dalam sebuah tim nasional secara global. Pada prosesnya, muncul juga strategi pencarian bakat pemain diaspora, baik yang lahir di luar negeri, punya garis keturunan (sesuai ketentuan FIFA) atau bermain di luar negeri sejak muda.

Sebelum Timnas Indonesia dan negara-negara Asia lain melakukan pencarian pemain diaspora di luar negeri, tim-tim Afrika sudah lebih dulu melakukan. Meski secara kualitas kompetisi dan infrastruktur relatif tertinggal, keberadaan pemain diaspora dan pemain "abroad" terbukti mampu membuat dampak positif.

Seperti diketahui, di Piala Dunia, tim-tim Afrika mampu mencapai babak gugur, dengan frekuensi lebih sering dari tim-tim Asia, secara relatif bersih dari kontroversi, walau kadang sering bernasib apes pada momen krusial, seperti aksi "mendadak jadi kiper" ala Luis Suarez (Uruguay), yang dialami Ghana di perempatfinal Piala Dunia 2010. Maroko bahkan mampu mencapai semifinal di Piala Dunia 2022, dengan mayoritas skuadnya diperkuat pemain-pemain diaspora dan "abroad".

Pola "pencarian" pemain diaspora ala tim-tim Afrika ini relevan dengan situasi di Timnas Indonesia, karena kebetulan kompetisi domestik di Afrika dan Indonesia sama-sama belum optimal secara kualitas, untuk menghasilkan tim nasional yang cukup kompetitif.

Berangkat dari sinilah, pro-kontra soal keberadaan pemain diaspora di Timnas Indonesia seharusnya mulai dilihat dari perspektif berbeda. Bukan lagi dari pro-kontra, tapi situasi yang ada, khususnya di sepak bola nasional.

Kalau dicermati lagi, strategi, yang pada gilirannya menjadi sebuah proyek olahraga dari PSSI ini, adalah satu jalan tengah logis, dari satu situasi klasik khas sepak bola nasional. Seperti diketahui, tata kelola sepak bola nasional yang serba semrawut selalu berhadapan dengan mimpi dan harapan yang kadang terlalu tinggi.

Dua hal kontradiktif ini menjadi masalah klasik, setidaknya sampai proyek pemain diaspora ala PSSI di era kekinian datang. Ini menjadi satu langkah pragmatis sekaligus realistis, karena tidak makan waktu sampai puluhan tahun seperti Korea Selatan, Jepang, dan belakangan Uzbekistan di Asia.

Lagipula, diaspora Indonesia, termasuk di luar negeri, masih akan terus ada, selama migrasi dan pernikahan "internasional" masih terjadi.

Tapi, di balik kemudahan yang dihadirkannya, proyek pemain diaspora ini  menyimpan sebuah taruhan besar. Disadari atau tidak, PSSI bertaruh banyak di sini, dengan harapan ada prestasi yang bisa jadi momentum untuk berbenah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun