Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

JDT dan Dua Wajah Sebuah Dominasi

5 Maret 2025   23:56 Diperbarui: 6 Maret 2025   04:32 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Timnas Indonesia Jordi Amat saat memperkuat klub asal Malaysia Johor Darul Ta'zim (JDT) saat melawan Central Coast Mariners pada matchday ke-7 Liga Champions Asia Elite 2024/2025, Selasa (11/2/2025). (Johorsoutherntigers.my via Tribunnews)

Dalam beberapa tahun terakhir, liga-liga di kawasan Asia Tenggara mulai berkembang. Meski belum sepenuhnya merata secara kualitas, perbaikan demi perbaikan hadir, dan menghadirkan kemajuan.

Ada yang mulai menggunakan teknologi VAR dan penetapan syarat lisensi Pro untuk pelatih, seperti yang terjadi di Liga 1 Indonesia. Ada juga yang mulai terbiasa mengontrak pemain dalam jangka 2 tahun atau lebih, seperti terjadi di Liga Thailand.

Meski butuh proses, berbagai pembenahan yang terjadi sudah menghasilkan perbaikan kualitas. Terbukti, Liga Super Malaysia dan Liga Thailand mampu menduduki peringkat 10 besar Liga-liga terbaik Asia per paruh pertama musim kompetisi 2024-2025, berdasarkan rilis resmi AFC.

Rinciannya, Liga Thailand menempati peringkat 8, sementara Malaysia peringkat 10, dari total 47 liga anggota resmi Konfederasi Sepak Bola Asia. Posisi ini berbeda cukup jauh dengan Indonesia, yang menempati peringkat 25.

Aneka progres dan perbaikan ini, khususnya di Malaysia dan Thailand, telah menghasilkan tim-tim yang bisa lolos ke babak gugur kompetisi antarklub Asia. Di Liga Champions Asia musim 2024-2025, Asia Tenggara bahkan sudah pasti punya satu wakil di perempatfinal, karena Johor Darul Takzim (Malaysia) dan Buriram United (Thailand) berhadapan langsung di perdelapan final.

Hanya saja, terdapat satu perbedaan mencolok di antara dua liga yang belakangan jadi tujuan "abroad" beberapa pemain Indonesia ini, yakni suasana kompetisi di liga.

Skuad Johor Darul Takzim saat merayakan kemenangan atas Suwon Samsung Bluewings pada matchday ke-2 babak penyisihan Grup G Liga Champions Asia, Selasa (3/3/2020).(Twitter.com/Johor Darul Takzim)
Skuad Johor Darul Takzim saat merayakan kemenangan atas Suwon Samsung Bluewings pada matchday ke-2 babak penyisihan Grup G Liga Champions Asia, Selasa (3/3/2020).(Twitter.com/Johor Darul Takzim)

Secara prestasi, Buriram United cukup dominan di Liga Thailand, karena memenangkan 8 dari 11 edisi terakhir Liga Thailand. Tapi, dominasi The Thunder Castle masih kalah dari "monopoli" Johor Darul Takzim di Malaysia, yang sejak tahun 2014 rutin juara liga.

Di level Asia,  klub yang diperkuat Jordi Amat ini bahkan pernah juara Piala AFC (2015) dan lolos ke fase gugur Liga Champions Asia. Dengan prestasi seperti itu, seharusnya tidak sulit untuk klub menarik minat suporter, dan membangun basis penggemar.

Masalahnya, ketika dominasi satu klub terlalu kelihatan, ini dapat menciptakan situasi tak sehat buat kompetisi. Di Thailand, Buriram memang cukup dominan, tapi tim-tim lain tak tertinggal jauh, dan terus berkembang, sehingga persaingan bisa bergulir sampai pekan-pekan terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun