Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Indra Sjafri dan Potret Sebuah Kemandekan

25 Februari 2025   08:43 Diperbarui: 25 Februari 2025   11:52 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah Timnas Indonesia U-20 gagal total di Piala Asia U-20, dan dibanjiri kritik suporter, PSSI akhirnya mendepak Indra Sjafri dari pos pelatih akhir pekan lalu. Keputusan ini sebenarnya wajar, karena target minimal lolos perempatfinal dari PSSI tidak tercapai.

Kalau dilihat lagi, ada kemandekan yang memang terlihat dari sang pelatih, khususnya ketika bertanding di turnamen tingkat Asia. Sebenarnya, kelemahan ini sudah coba diatasi, lewat serangkaian program pemusatan latihan di dalam dan luar negeri selama kurang lebih satu tahun terakhir.

Pada prosesnya, Garuda Muda juga mengikuti beberapa turnamen ujicoba di dalam dan luar negeri. Untuk ukuran tim nasional kelompok umur, serangkaian persiapan ini adalah satu paket mewah, karena menghadirkan beragam pengalaman berlatih dan bertanding buat tim.

Masalahnya, previlese ini hanya menghasilkan performa yang jauh panggang dari api. Kalah dengan kebobolan tiga gol atas Iran dan Uzbekistan, plus bermain imbang tanpa gol melawan Yaman, telah membuat pelatnas dan ujicoba sebelumnya terlihat seperti sebuah pemborosan.

Sudah begitu, sebagai pelatih, Indra Sjafri masih setia mempertahankan cara pandang lama soal potensi dan kecepatan pemain Timnas U-20. Sebuah indikasi sederhana dari kemandekan sang pelatih, yang seperti "berhenti berkembang" di generasi Evan Dimas dkk, alias lebih dari sedekade silam.

Dua hal ini memang ada sejak dulu, tapi kecepatan itu tidak diimbangi kontrol dan daya tahan yang oke. Potensi yang disebut-sebut pun masih mentah.

Dengan masih mengandalkan dua hal yang tak bisa diandalkan seperti itu, hasilnya sudah jelas. Lawan tak perlu strategi rumit untuk mengalahkan, cukup ekspos satu titik lemah, yang ternyata adalah bola silang. Selesai.

Di sisi lain, pelatnas berkepanjangan ala Indra Sjafri sebenarnya sudah tidak relevan dengan sepak bola modern, khususnya di level kelompok umur.

Alih-alih pelatnas, pemain justru lebih membutuhkan waktu berlatih reguler, yang hanya bisa didapat di klub. Akan lebih bagus lagi, kalau si pemain sudah mendapat banyak menit bermain di klub.

Terbukti, Timnas U-20 hanya mampu mencetak satu gol di Piala Asia U-20, lewat Jens Raven, hasil umpan Marselinus Ama Ola. Kedua pemain ini tidak bisa rutin ikut pelatnas, karena bermain di klub luar negeri, tapi tetap mampu berkontribusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun